SURABAYA – Dalam era digital saat ini, tawaran pekerjaan melalui media sosial semakin marak, namun tidak semua tawaran tersebut dapat dipercaya.
Kasus terbaru di Surabaya, di mana 12 wanita dievakuasi dari sebuah rumah kosong setelah terjebak dalam tawaran kerja ilegal sebagai ladies companion (LC), mengungkapkan bahaya dari praktik penipuan yang menggunakan platform online.
Kasus ini bermula pada 15 November 2024, ketika Command Center 112 menerima laporan dari seorang wanita yang merasa bingung setelah dijanjikan pekerjaan sebagai pemandu lagu, tetapi hanya diminta untuk tinggal di rumah kosong. Pelapor merasa curiga dan memutuskan untuk melaporkan keadaan tersebut.
Baca Juga: Membangun Dunia Damai: Makna dan Pentingnya Hari Toleransi Internasional
Camat Benowo Kota Surabaya, Denny Christupel Tupamahu, menjelaskan bahwa setelah menerima laporan, pihaknya segera berkoordinasi dengan Satpol PP, Polsek, dan Koramil untuk menyelidiki lebih lanjut.
Setibanya di lokasi, yaitu Wisma Atlantic Center, mereka menemukan 12 wanita yang terjebak dalam kondisi yang tidak sesuai dengan harapan mereka.
Pengakuan Korban
Tiga dari 12 wanita yang dievakuasi telah memberikan keterangan kepada pihak kepolisian dan mengungkapkan bahwa mereka menemukan tawaran pekerjaan melalui Facebook.
“Mereka tahu informasi ini dari media sosial, daftarnya juga lewat sana. Jadi mereka tidak pernah bertemu dengan bosnya, dan identitasnya tersamar,” kata Kapolsek Benowo, Kompol Didik Sulistyo, dikutip dari Kompas, Minggu (17/11/2024).
Wanita-wanita ini awalnya dijanjikan gaji sebesar Rp 700 ribu untuk setiap tiga jam kerja sebagai ladies companion, tetapi hingga saat ini, pekerjaan yang dijanjikan belum pernah mereka terima.
Didik menyebutkan, dari 12 wanita tersebut, tiga di antaranya berusia di bawah 30 tahun, sementara yang lainnya lebih tua.
Modus Operandi Penipuan
Modus penipuan yang digunakan dalam kasus ini sangat mengkhawatirkan. Para wanita tersebut tertarik dengan tawaran kerja yang terlihat menggiurkan, tetapi pada kenyataannya, mereka hanya diberikan informasi minimum dan dijauhkan dari komunikasi langsung dengan pihak yang menawarkan pekerjaan.
Hanya seorang pria yang bertugas sebagai penjaga rumah dan menjadi satu-satunya orang yang mereka temui sehari-hari.
“Makanya kami tanya, ketemu orangnya? Katanya ‘enggak pak’, terus gimana. Yang mereka tahu hanya penjaga rumah itu,” lanjut Didik. Ini menunjukkan bagaimana penipuan dapat dilakukan dengan memanfaatkan ketidakpahaman dan keinginan seseorang untuk bekerja.
Kendala lain yang dihadapi oleh pihak berwenang adalah identitas para wanita yang ingin dirahasiakan. Mereka berasal dari luar Surabaya dan merasa takut jika identitas mereka diketahui. Hal ini menambah tantangan bagi petugas dalam melakukan investigasi lebih lanjut.
“Belasan wanita tersebut mengaku berasal dari luar Surabaya, tetapi meminta identitas mereka dirahasiakan karena takut ketahuan,” kata Denny. Situasi ini mencerminkan keterpurukan yang dialami para korban dalam menghadapi kasus ini.
Tindakan Pihak Berwenang
Setelah evakuasi, pihak kepolisian segera melakukan pemeriksaan terhadap tiga wanita dan seorang pria yang berperan sebagai pengelola. Sementara itu, sembilan wanita lainnya dilakukan pendataan di Kantor Satpol PP.
“Kami melakukan pendataan dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan,” kata Denny.
Langkah-langkah ini menunjukkan keseriusan pihak berwenang dalam menangani kasus ini, serta upaya untuk memberikan perlindungan kepada para korban penipuan.
Kasus ini membuka mata masyarakat tentang pentingnya melakukan verifikasi sebelum menerima tawaran pekerjaan, terutama yang datang melalui media sosial.
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan kasus penipuan online, dan masyarakat harus lebih waspada terhadap tawaran yang terlihat terlalu baik untuk menjadi kenyataan.
Pentingnya pendidikan dan kesadaran akan bahaya penipuan ini harus ditingkatkan, terutama di kalangan generasi muda yang lebih aktif di media sosial.
Kampanye kesadaran yang lebih luas dapat membantu mengurangi jumlah korban penipuan serupa di masa depan.