Azyumardi Azra Beberkan Penyebab Lahirnya Radikalisme dan Terorisme

Nasional17 Dilihat

JAKARTA – Negara Indonesia merupakan negara yang beragam suku bangsa, etnis dan agama, keberagaman ini dulunya tidak pernah menimbulkan yang namanya konflik. Namun, seiring terjadinya tragedi penabrakan pesawat tanpa awak pada World Trade Center (WTC) atau yang terkenal dengan tragedi 11/9, membawa dampak pada dunia global dan Indonesia, Selasa (3/3/2020).

Tragedi WTC kemudian menjadi penyebab lahirnya kekerasan komunal, radikalisme, dan terorisme di Indonesia, yang mana pertama kali ditandai dengan adanya peristiwa Bom Bali I.

Fenomena ini sulit untuk dihilangkan, mengingat ada beberapa faktor yang menyebabkan terus tejadinya hal ini, antara lain konflik antar entis dan agama yang masih berkelanjutan di dunia global, ketidakadilan internasional, serta kokohnya dan romantisme terhadap pemahaman agama dan etnis yang idealistik.

Oleh karena itu, perlu penanganan dan pendekatan secara komprehensif untuk menjawab persoalan ini, mulai dari pendekatan hukum, sosial, ekonomi dan pendidikan.

Demikian diungkapkan Azyumardi Azra pada kegiatan beberapa waktu lalu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung (FISIP UBB, yang merupakan rangkaian kegiatan International Class on Asia Community 2020 (IcoAC 2020), kerjasama antara FISIP UBB dengan One Asia Foundation-Tokyo baru-baru ini.

Kelas internasional merupakan salah satu bentuk kegiatan dari kerjasama. Layaknya perkuliahan pada umumnya, kelas internasional diselenggarakan selama kurang lebih 16 pertemuan dengan menghadirkan tenaga pengajar dari tingkat lokal, nasional hingga internasional.

Dekan FISIP UBB dan penanggung jawab kegiatan ICoAC 2020, Ibrahim, mengapresiasi tinggi  Azyumardi Azra yang sudah berkenan hadir di kampus itu untuk berbagi informasi dan pengetahuan tentang persoalan konflik, terorisme, dan radikalisme.

“Seperti yang dikatakan narasumber (Azra), pendidikan menjadi salah satu pendekatan dan cara yang dapat mengurangi fenomena terorisme dan radikalisme,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Ibrahim, kelas internasional diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada peserta terkait fenomena yang terjadi, sehingga dapat membantu meminimalisir persoalan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *