JAKARTA – Pencegahan radikalisme yang kini merebak ke perguruan tinggi menjadi sangat penting dilakukan untuk menjaga lingkungan pendidikan terhindar paham negatif tersebut.
Guru Besar Bidang Psikologi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Achmad Mubarok, mengatakan sesungguhnya ideologi internasionalisme semacam khilafah sangat mudah masuk ke kalangan mahasiswa. Hal ini dikarenakan kurangnya para mahasiswa itu dalam mempelajari ilmu agama.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka para mahasiswa harus memperbanyak diskusi terbuka dan seminar-seminar.
”Nah tentunya dari situ nantinya akan keliatan sendiri karena khilafah versi mereka (kelompok penyebar paham intoleransi dan radikalisme), sebenarnya bukan konsep Islam, melainkan konsep khilafah politik,” ujarnya di Jakarta, Kamis (24/9/2020).
Menurutnya, konsep khilafah yang diusung bukanlah konsep khilafah yang berasal dari Al Quran. Karena khilafah yang ada di Al Quran adalah khilafatullah fil ardh, yang mana ’manusia adalah wakil Allah di muka bumi yang berkewajiban membumikan nilai-nilai kebenaran’.
”Nah itu khilafatullah sesungguhnya, bukan khilafah politik. Dan khilafah politik sebetulnya muncul karena adanya kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan yang ada,” kata dia.
“Khilafah itu adalah utopia, mimpi. Mereka yang menyebarkan paham ini pada umumnya adalah orang yang tidak paham agama, atau orang yang tidak memiliki wawasan kebudayaan, sehingga tidak bisa membedakan khalifatullah dengan khilafah politik,” katanya.
Oleh karena itu, masyarakat perlu diajak belajar dan berpikiran terbuka, terkait hal tersebut. ”Jadi kalau dibicarakan terbuka justru hal ini tidak akan tumbuh, tetapi kalau dikejar-kejar itu justru akan tumbuh karena mereka merasa dizalimi” ujar dia.