Toleransi dan Moderasi Beragama jadi Prioritas di Tahun 2022

Nasional5 Dilihat

Jakarta – Di tahun 2022, penguatan toleransi harus menjadi prioritas yang terus digalakkan agar tidak lagi terjadi praktik intoleransi. Dengan cara membuka musyawarah mufakat, mencari titik temu, dan memberikan pemahaman agama secara utuh kepada masyarakat demi mewujudkan perdamaian antar sesama umat di Indonesia.

Demikian dikatakan Tokoh Rohaniawan Agama Katolik, Pastor Antonius Benny Susetyo, dalam rilis tertulisnya di Jakarta, Jumat (7/1/2022).

“Ini membantu seseorang untuk mencintai, menghargai dan menerima perbedaan itu sebagai rahmat. Juga memberikan pemahaman bahwa perbedaan keyakinan tidak membuat jarak, namun justru mempersatukan untuk saling menghargai meskipun berbeda,” ujarnya.

Persoalan intoleransi yang kerap terjadi dalam lingkungan masyarakat majemuk, kata Benny, juga dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman beragama seseorang yang tidak memaknai agama secara utuh.

Karena itu, dirinya prihatin akan adanya praktik-praktik intoleransi yang salah satunya adalah perenggutan hak untuk beribadah. Berharap di tahun 2022 bisa menjadi awal baru, dimana nilai toleransi sebagai nilai kemanusiaan yang universal dapat tergugah.

“Saya berharap, di tahun 2022 toleransi menjadi hal yang mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan bernalar. Sehingga kita dapat beragama sesuai jaminan konstitusi dimana semua orang berhak menjalankan agama, dan saya berharap pelarangan (beribadah) itu tidak terjadi lagi,” kata dia.

Menurut dia, untuk pencegahan tindak intoleransi dalam rangka mengembalikan karakter luhur bangsa yang hidup rukun berdampingan dalam bingkai toleransi. Pertama, perlu ditegakkan regulasi, dimana hukum menjadi supremasi.

“Kalau ada kasus intoleransi yang tidak sesuai dengan UUD 45 dan Pancasila, itu harus diproses dan ditindak,” katanya.

Kedua, penyelesaian masalah melalui musyawarah mufakat, dialog, saling pengertian, dan saling memahami, sehingga mendorong kesadaran untuk kembali menjadi saudara sebangsa dan setanah air.

Oleh sebab itu, pentingnya moderasi beragama sebagai jembatan nilai-nilai toleransi. Bahkan moderasi beragama bukan hal baru bagi bangsa. Disamping perlunya program dan upaya yang simultan untuk memaksimalkan program pemerintah terkait moderasi beragama, untuk membangun budaya toleransi di tengah masyarakat.

Menurutnya, strategi percepatan moderasi beragama dapat dimulai dari lingkup pendidikan. “Ini dimulai dari pendidikan keluarga yang mana kita mengenalkan bahwa perbedaan itu indah, dan dikenalkan bahwa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Lalu juga melalui pendidikan di sekolah,” ujar Romo Benny

Kedua, memaksimalkan potensi dunia digital, yang dapat dilakukan dengan cara memperbanyak konten moderasi dan praktik kehidupan beragama, serta konten dalam konteks budaya dan Pancasila.

Ketiga, dukungan dan peran para tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk ikut bergerak mendorong percepatan moderasi beragama di Indonesia, untuk mewujudkan 2022 sebagai tahun toleransi dan moderasi beragama.

“Peran tokoh sangat penting, mereka harus bisa mengaktualisasikan nilai-nilai kemajemukan dan keragaman menjadi hartitus bangsa, artinya dalam khotbahnya harus memberikan kesejukan, komitmen kepada kutuhan hidup berbangsa dan bernegara. Maka tokoh agama menjadi kekuatan besar untuk mempromosikan moderasi beragama dalam kehiudpan sehari-hari,” katanya. [rls]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *