JAKARTA – Seluruh elemen bangsa wajib melakukan bela negara, hal itu sebagai upaya menangkal radikalisme. Karenanya, dalam memperingati Hari Bela Negara yang jatuh setiap 19 Desember, pengamat terorisme, Letjen TNI (Purn) Agus Surya Bakti, mengajak seluruh masyarakat menangkal paham negatif tersebut.
Ia menjelaskan, bela negara merupakan sebuah kekuatan dari seluruh unsur masyarakat Indonesia dalam membela bangsa. Namun bukan berarti harus maju berperang. Melainkan perang melawan kehidupan masing-masing.
Ia mencontohkan, anak sekolah dan mahasiswa menyelesaikan studinya. Kemudian, mereka yang bekerja di pemerintahan, BUMN, dan swasta, dapat bekerja dengan baik dan tak korupsi. Juga terbebas dari segala macam paham kekerasan yang saat ini masif menyebar, seperti radikalisme negatif yang mengarah kepada terorisme.
“Itulah wujud bela negara di era sekarang,” katanya di Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Menurut Agus, radikal tak bisa dikaitkan dengan agama. Sebab radikal atau kekerasan merupakan sebuah paham yang dianut seseorang atau kelompok dalam mencapai tujuan dengan memaksakan keinginannya.
Agus menyebut, sebenarnya radikal terbagi dua yakni positif dan negatif. Sementara radikal negatif yaitu sebuah paham atau keyakinan, dimana menyelesaikan suatu permasalahan dengan kekerasan.
“Radikal positif misal, belajar harus radikal untuk dapat lulus. Demikian pula bekerja harus radikal agar bisa menghasilkan sebuah hasil kerja yang baik,” ujar dia.
Radikalisme saat ini, kata Agus, telah masuk ke semua segmen kehidupan masyarakat. Karena itu, seluruh masyarakat, baik tokoh atau siapapun berperan penting mewujudkan bela negara dalam menangkal radikalisme.
“Kalau bisa melakukan itu dengan baik, maka bisa mengeliminir radikalisme negatif,” katanya.
Selama ini masyarakat seolah-olah cuek dan tidak peduli untuk melakukan upaya bela negara. Hal itu dikarenakan kurangnya mendapat panutan atau contoh-contoh yang baik. Selain itu, perkembangan teknologi dan budaya.
“Mereka masuk ke semua lini kehidupan melalui dunia maya yang tidak bisa di filter,” kata dia.
Akibat dari sikap cuek terhadap perkembangan teknologi, dapat menyebabkan kelompok-kelompok anak muda berpikir aneh dan radikal negatif. “Kalau itu tidak kita sadarkan, tentunya bisa menambah kekuatan dan menjadi ancaman besar terhadap bangsa,” katanya.
Oleh sebab itu, saat dirinya dulu menjabat Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mencanangkan program Duta Damai di dunia maya.
“Saya membuat sebuah program Duta Damai, saat itu dunia maya dipenuhi dengan hutan belantara hitam yang tidak jelas isinya,” kata Agus.