GARDANASIONAL, SIDOARJO – Salah satu penyebab generasi milenial mudah terkena doktrin radikalisme, karena belajar agama Islam melalui internet atau online. Padahal, dunia maya kerap dijadikan kelompok tertentu menyebarkan radikalisme dan terorisme. Oleh karena itu, jangan hanya belajar agama Islam via online, tetapi harus berguru langsung pada ulama.
“Seharusnya anak-anak muda ini dipahamkan ajaran agama Islam jangan hanya sepotong-sepotong, atau bahkan hanya belajar lewat online. Alangkah bagusnya belajar langsung pada ulama yang memiliki pemahaman yang wasathiyah,” ujar terpidana kasus terorisme, Umar Patek di Lapas Porong Sidoarjo, Kamis (21/11/2019).
Umar berharap, generasi muda tidak mengikuti jejaknya yang pernah terlibat dalam insiden Bom Bali I tahun 2002 silam. Bahkan diketahui sebagai mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) dan menjadi amir menggantikan Dulmatin yang telah ditembak mati oleh aparat.
Karenanya, jika ada yang menjanjikan surga, kata Umar, maka hal tersebut harus dihindari. “Orang dijanjikan harta milyaran saja tertarik apalagi dijanjikan surga. Janji seperti itu seolah-olah diberi pengampunan. Ini berbahaya,” ujar dia.
Ia menjelaskan, penyebaran doktrin tersebut awalnya hanya membicarakan Islam secara dasar, namun ketika masuk unsur-unsur kekerasan seperti membunuh atau pengerusakan, hal itu merupakan tanda ajaran teror yang diberikan.
“Ketika mereka berbicara masalah akhlak, ibadah dan lain-lain, monggo. Tetapi masuk unsur-unsur kekerasan, itu bagian dari kelompok radikalisme,” katanya.
Untuk mencegah radikalisme, harus di mulai sejak dini di sekolah-sekolah dan universitas dengan melibatkan guru dan dosen. Disamping juga dilakukan di keluarga.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika juga harus melakukan pengawasan ketat, menangkap penyebaran radikalisme lewat online atas konten-konten yang berseliweran di dunia maya.
“Dari Kemenkominfo bisa mendeteksi keyword-keyword yang mengarah ke kekerasan. Kalau hanya menutup atau memblokir situs-situs tertentu, saya rasa kurang efektif. Karena bisa saja ditembus pakai VPN gratisan,” Umar menambahkan.
Menurut Umar, pencegahan radikalisme bukan hanya tugas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan lembaga/kementerian terkait, tetapi tanggungjawab seluruh masyarakat. Ia mencontohkan, jika mantan napiter-napiter sudah dideradikalisasi, maka masyarakat dan keluarganya harus menerimanya dengan tulus dan ikhlas.
“Jangan sampai ketika kembali ke keluarganya, diajak-ajak lagi ikut paham radikalisme. Harus diberi pengertian juga ke keluarganya dan masyarakat,” ujarnya.
Sekadar diketahui, Umar telah menyatakan diri kembali ke NKRI. Kini aktif membantu BNPT melakukan program deradikalisasi terhadap para napi terorisme lainnya.