JAYAPURA – Penembakan warga Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua bernama Hendrik Lokbere (25 thn), yang diduga dilakukan oleh aparat keamanan membuat Wakil Bupati Kabupaten Nduga, Wentius Nemiangge kesal dan kecewa. Bahkan kekecewaannya itu berujung pada pengunduran diri.
Hendrik Lokbere dikabarkan tewas tertembak peluru aparat saat melakukan perjalanan menjemput keluarganya di Distrik Batas Batu, Kabupaten Nduga pada Jumat (20/12/2019) malam.
Wentius menegaskan, penembakan terhadap warganya (Hendrik Lokbere) merupakan dampak dari banyaknya pasukan yang dikirim oleh negara ke Nduga dalam satu tahun terakhir. Sehingga ribuan masyarakat Nduga mengungsi meninggalkan kampung karena takut dengan aparat.
Ia mengaku telah menghadap Menteri terkait, DPR RI, Panglima, dan Kapolri, meminta agar pasukan TNI-Polri yang ada di Nduga segera ditarik, sehingga masyarakat kembali ke kampung-kampung untuk beraktivitas seperti biasanya.
“Namun sampai hari ini permintaan kami ini tidak pernah direspon, bahkan penembakan terhadap warga sipil terus terjadi,” ujarnya di hadapan ratusan masyarakat Nduga di Bandara Kenyam, Senin (23/12/2019).
Wentius menegaskan, bersama Bupati Nduga, Yairus Gwijangge, adalah perpanjangan tangan dari presiden di daerah. Karena itu harusnya bisa didengar oleh pemerintah pusat. Namun kenyataanya sangat bertolak belakang.
“Kami ini adalah perpanjangan tangan presiden di daerah, tapi sejauh ini kami tidak ada nilainya, kami tidak dihargai. Permintaan kami tidak pernah digubris oleh pemerintah pusat, lalu untuk apa kami ada?,” katanya.
“Kami hanya dijadikan boneka oleh pemerintah, maka mulai hari ini saya meletakan jabatan saya sebagai Wakil Bupati Nduga, dan mulai hari ini saya akan kembali menjadi masyarakat biasa,” Wentius menambahkan.
Ia mengaku, sejak Hendrik Lokbere ditembak pada Jumat malam, dirinya telah melepas seragamnya dan meletakannya bersama jasad korban. “Seragam sudah saya buka dan letakan bersama korban, mulai hari ini saya lepas jabatan wakil bupati, saya tidak ingin menjadi perpanjangan pemerintah di daerah tapi rakyat saya terus menjadi korban,” katanya.
Wentius mengatakan, masyarakat Nduga sama seperti warga yang ada di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan seluruh dunia. “Perlakuan negara ke kita orang Nduga sangat berbeda, jadi untuk apa kita pertahankan negara ini kalau kita terus dibunuh? Dimana keadilan itu? Apakah kami tidak berhak mendapat keadilan?,” ujar dia.
“Kepada pak bupati yang saya hormati, mulai hari ini saya mengundurkan diri sebagai wakil bupati dan bapak saja jalan sendiri. Terima kasih sudah bersama kurang lebih 3 tahun, banyak kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan tugas, mulai hari ini saya akan kembali ke masyarakat dan menggunakan koteka,” Wentius melanjutkan.
Ia meminta, pemerintah pusat menarik seluruh personel TNI-Polri yang dikirim dan ditempatkan di Nduga. Disamping pekerjaan pembangunan jalan trans papua diserahkan ke masyarakat sipil.
“Sekali lagi saya minta aparat TNI-Polri segera ditarik dari Nduga dan pembangunan jalan trans papua diserahkan kepada sipil, dengan begitu, rakyat yang sudah mengungsi akan kembali dan memulai kembali hidupnya di kampung,” katanya.