JAKARTA – Dunia pendidikan menjadi incaran yang paling besar digunakan para teroris untuk mengembangkan gerakannya. Pola perkembangannya adalah dengan modus mengajarkan agama dengan ideologi yang radikal.
Hal tersebut diungkapkan Pakar Hukum Pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar, di Jakarta, Sabtu (30/7).
“Dengan cover pendidikan keagamaan itu kemudian ideologi atau ajaran yang membawa orang menjadi radikal, lebih banyak didekati dengan modus pendidikan keagamaan,” ujarnya.
Oleh karenanya, para guru dan lembaga pendidikan harus turut serta memerangi radikalisme dan terorisme.
Baca Lagi: Masyarakat Harus Dididik Menjadi Cakap Digital
Cara mencegah para pelajar terjerumus pada ajaran radikal, harus dikuatkan pendidikan Pancasila, namun menyarankan cara penyampaiannya menggunakan dialog yang mudah diterima oleh pelajar, agar mudah dipahami secara rasional dan tidak membuat bingung.
Selain itu, pendidikan Pancasila tidak melulu sebagai mata pelajaran yang teoritis, tapi juga harus menerapkan perilaku sehari-hari sesuai dengan sila-sila yang ada dalam Pancasila.
“Pancasila kalau digali sesungguhnya itu ide atau ajaran yang sebenernya menjadi dasar pengajaran agama. Seperti Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa tentu itu sama dengan memahami ketuhanan, dalam perspektif Pancasila malah lebih luas. Demikian juga Sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab,” kata dia.
Guru harus memahami mata ajar Pancasila yang tidak selalu tertuju pada penyampaian secara tertulis, tapi juga sejauh mana pesan-pesan lain yang diajarkan terimplementasi ke dalam kehidupan sehari-hari.
“Sistem yang sekarang sudah bagus, dalam arti Pancasila masih jadi bagian dari materi yang diajarkan di sekolah. Namun ketika di sekolah hanya diletakkan sebagai mata pelajaran, itu kekeliruan memandang pendidikan Pancasila menurut saya,” katanya.
Menurut dia, pola penilaian guru kepada muridnya tidak cukup dengan ujian tertulis, tapi juga perilaku sehari-hari dan pengamatan sikap anak-anak sejauh mana solidaritas antar murid dan toleransi terhadap setiap perbedaan di sekolahnya.
“Tidak hanya pelajaran tapi praktek dalam menerapkan nilai Pancasila dalam kegiatan siswa sehari-hari,” ujar dia.