WASHINGTON – Pertarungan untuk membangun pencegat rudal Amerika telah resmi dimulai. Badan Pertahanan Rudal Pentagon (MDA) pada beberapa waktu lalu merilis permintaan proposal untuk Next-Generation Interceptor (NGI).
Hal tersebut bertujuan untuk memilih ke dua perusahaan yang kemudian akan bersaing memenangkan hak membangun pencegat rudal, yang bakal membentuk inti pertahanan rudal tanah air Amerika di masa depan.
Ditulis Defense News, Minggu (26/4/2020), rencana pembangunan itu dijadwalkan 31 Juli, tetapi MDA mencatat ada kemungkinan perubahan jadwal akibat pandemi virus coronavirus alias COVID-19.
Badan tersebut meminta 664,1 juta dolar atau sekitar Rp10,2 triliun pada tahun fiskal 2021 untuk program NGI, sebagai bagian dari rencana anggaran lima tahun.
Juru bicara MDA, Mark Wright, mengatakan pembangunan tersebut merupakan langkah maju dalam merancang, mengembangkan, dan menerjunkan kemampuan terbaik dari industri pertahanan, guna mempertahankan tanah air Amerika.
“Khususnya, niat pemberian dua kontrak untuk pengembangan simultan upaya NGI mempromosikan kompetisi yang sehat antara kedua tim kontraktor, menghasilkan NGI terbaik dalam waktu sesingkat mungkin,” ujarnya.
Pada bulan Agustus, Pentagon membuat keputusan mengejutkan untuk membatalkan program Redesigned Kill Vehicle (RKV).
Kepala Departemen Penelitian dan Teknik DoD, Mike Griffin, mengatakan pihaknya tidak ingin terus membuang uang pada sebuah program dengan masalah teknis mendasar.
RKV bakal meningkatkan pencegat sistem pertahanan tanah air AS yang dirancang untuk mengejar ancaman pertahanan rudal balistik. Pentagon memutuskan tidak ada lagi pencegat berbasis darat untuk Sistem Pertahanan Midcourse berbasis darat (GMD) akan dibangun dan semua pencegat masa depan yang menerjunkan sebagai bagian dari sistem GMD akan menjadi pencegat baru – yaitu, program NGI.
Kritik terhadap keputusan untuk membatalkan RKV dan memulai kembali dengan desain baru telah menimbulkan kekhawatiran tentang timeline , yang dapat memperpanjang hingga 2030.