JAKARTA – Bulan Ramadhan merupakan bulan ampunan dari Allah SWT. Karena itu, kaum milenial dapat belajar memahami Islam yang rahmatan lil alamin. Hal ini terkait dengan serentetan aksi teror di Indonesia yang dilandasi pemahaman agama yang salah.
Demikian dikatakan Intelektual Muslim, Habib Husein Ja’far Hadar, di Jakarta, Kamis (15/4/2021).
Ia mengaku tidak habis pikir, seorang yang mengaku beragama islam dan memiliki iman, melakukan aksi terorisme seperti bom bunuh diri.
“Siapa saja yang meledakkan rumah ibadah orang lain, maka yang hangus sejatinya iman mereka sendiri. Artinya dalam semua agama, apalagi dalam konteks islam, teror bukan hanya tidak sesuai dengan nilai-nilai islam, tapi meneror nilai-nilai islam itu sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, aksi terorisme sama saja meneror agamanya sendiri. Apalagi islam artinya keselamatan dan kedamaian. Sehingga siapa yang tidak memberikan keselamatan dan kedamaian, tidak layak disebut seorang muslim. Bahkan yang menyebabkan ketidaknyamanan atau teror, itu musuh Islam.
“Yang terpenting, generasi milenial harus menciptakan ceruk-ceruk, tokoh inspiratif atau guru, agar mereka tidak salah paham,” kata dia.
“Mereka juga harus tetap semangat belajar sesuatu yang positif. Jangan sampai dimanfaatkan teroris yang mengatasnamakan agama. Dan momen Ramadan sangat tepat untuk melakukan itu,” Habib Husein menambahkan.
Ia menambahkan, dalam Islam diajarkan untuk berbicara dalam cara yang baik, dengan kata yang baik, penyampaian yang baik dan bijaksana agar jangan sampai ilmu atau informasi yang benar, tidak diterima karena disampaikan dengan cara yang tidak baik.
“Apapun isu yang ada ditengah kita hendaknya dikelola secara sehat, masyarakat dibiarkan berdiskusi tanpa harus diarahkan dan merasakan ketakutan di sosial media,” kata dia.
Media sosial, kata Habib, harusnya menjadi tempat diskusi secara sehat, sehingga dari sana bisa lahir gagasan dan ide konstruktif untuk kemajuan bangsa.
Karena itu, pada Bulan Ramadan umat Islam diajarkan menahan lapar dan haus untuk sesuatu yang lebih besar. Selain itu, juga bisa belajar merelakan hak pribadi untuk kemaslahatan yang lebih luas.
“Ada 2 semangat Ramadan yang dapat kita ambil yaitu ramadan sebagai bulan cinta dan menjadi pribadi yang dermawan yang mampu merelakan sesuatu hilang dari diri (hak) kita untuk kemaslahatan yang lebih luas,” katanya.