JAKARTA – Paham kebangsaan atau Nasionalisme suatu bangsa adalah dimilikinya kesadaran dan semangat akan cinta tanah air yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan tingkah laku di masyarakat, dengan tidak mempermasalahkan perbedaan. Bahkan justru perbedaan sebagai suatu warna yang harus dapat diselaraskan dalam sebuah persamaan.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum (Ketum) Dharma Pertiwi, Nanny Hadi Tjahjanto, pada acara Seminar Kebangsaan yang dilaksanakan secara virtual sebagai rangkaian HUT ke-64 PIA Ardhya Garini (organisasi Persatuan Isteri Prajurit TNI Angkatan Udara) di Komplek Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Jumat (23/10/2020).
Istri Panglima TNI ini menjelaskan, Indonesia sebagai bangsa dan negara yang sangat luas dari segi wilayah dengan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang cukup banyak, tentu memiliki banyak kesamaan dan perbedaan.
“Kesamaanlah yang membuat bangsa ini lahir dan bersatu menjadi negara merdeka, menjadi negara besar, dan berdaulat di tengah-tengah pergaulan dunia internasional,” ujarnya.
“Perbedaan merupakan keanekaragaman yang menumbuhkan kebanggaan dalam diri bangsa Indonesia, yang menjadikan kita saling membutuhkan satu sama lainnya, yang lebih mudah kita sebut dengan perasaan nasionalisme,” Nanny menambahkan.
Menurut Nanny, anggota PIA Ardhya Garini adalah bagian dari warga negara Indonesia. Karena itu, sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya memiliki rasa Nasionalisme atau rasa cinta kepada bangsa dan tanah air.
“Dalam kehidupan berorganisasi kita bertemu dan berkumpul dengan banyak orang yang memiliki banyak perbedaan, baik perbedaan daerah asal, perbedaan latar belakang sosial maupun pendidikan, bahkan perbedaan pola pikir, tetapi dalam organisasi ini kita disatukan dengan persamaan tujuan,” kata dia.
Dalam organisasi dituntut untuk dapat menyelaraskan semua perbedaan yang ada, menuju satu persamaan yang memiliki kepentingan lebih tinggi.
“Semua itu bermuara kepada rasa cinta tanah air dan cinta terhadap Negara Republik Indonesia. Hal ini adalah hal yang penting dan harus kita sadari dan terapkan dalam keseharian kita. Apabila kita sudah dapat mengedepankan persamaan tanpa mempermasalahkan perbedaan, maka akan tercapai suatu tatanan kehidupan yang harmonis,” katanya.
Disisi lain tantangan kebhinekaan sekarang ini sangat rentan akan terkikis, khususnya generasi muda tidak lepas dengan adanya teknologi dan media sosial.
Sehingga tidak sedikit pengaruh media sosial yang berasal dari setiap generasi milenial ini membangun pemikiran- pemikiran yang cenderung ekstrim dan salah kaprah.
“Sikap mengayomi dan tolong menolong harus menjadi nomor satu dalam kehidupan sehari-hari. Karena bagaimanapun kita tidak bisa hidup sendiri tanpa interaksi dan bantuan orang lain,” ujar dia.