JAKARTA – Pandemi virus Corona (COVID-19) telah meluluhlantakkan sendi kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama di Indonesia. Berbagai tradisi pun harus diubah total untuk mencegah penyebaran virus mematikan tersebut.
Meski demikian, kondisi tersebut tidak harus membuat bangsa Indonesia berkecil hati. Justru, pandemi Corona harus dihadapi dengan jiwa besar dan rasa sabar. Apalagi saat ini, khususnya umat Islam, tengah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan dan juga menyambut Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Ditambah Hari Raya Idul Fitri pun akan segera tiba.
“Jadikan momentum puasa, Harkitnas, dan Idul Fitri untuk bangkit dan bersatu meraih kemenangan melawan pandemi Corona. Ikuti anjuran pemerintah, Insya Allah kita segera akan melewati cobaan ini,” ujar Anggota Komisi VIII DPR RI asal Fraksi PKB, Maman Imanulhaq di Jakarta, Senin (18/5/2020).
Maman mengatakan, secara keseluruhan pandemi Corona memberi pelajaran penting bagi bangsa Indonesia. Pertama, untuk menumbuhkan kembali karakter gotong royong dengan solidaritas kebangsaan yang kuat. Kedua, lmenguatkan pola keberagamaan yang subtansional penuh dengan kasih sayang, toleransi, dan semangat berbagi.
‘Kebencian, radikalisme dan terorisme ternyata bisa kita lawan bersama dengan menyadari bahwa persoalan kemanusiaan kita bukan politik identitas yang menonjolkan perbedaan, tapi kemiskinan, kebodohan dan juga pandemi COVID-19,” katanya.
Poin selanjutkan, lanjut Maman, mendorong pemerintah untuk melayani masyarakat dengan profesional, berbasis data dan koordinatif.
“Ketiga poin itulah dinilai menjadi momen bagi bangsa Indonesia di bulan Ramadan dan di Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei besok,” kata dia.
Pandemi COVID-19, mengharuskan masyarakat untuk menunda banyak kesenangan, seperti berkumpul dan bepergian. Semua dianjurkan untuk stay at home atau tetap tinggal di rumah.
“Ini sesuai dengan hakikat puasa itu sendiri. Dalam bahasa Arab, puasa dikenal dengan istilah shaum atau shiyam. Keduanya memiliki makna “al-imsak” yaitu menahan diri atau menunda kesenangan,” kata Maman.
Oleh karena itu, menurutnya sangat relevan dengan tujuan berpuasa yaitu menunda kesenangan dan mengkhusyukan diri di rumah dengan beribadah, bekerja, dan meningkatkan kualitas komunikasi antar anggota keluarga demi terwujudnya ketahanan keluarga.
Terkait penanganan COVID-19, Maman menilai pemerintah telah optimal dalam memerangi pandemi ini. Namun, tetap memberikan catatan penting yang harus diperbaiki pemerintah yaitu soal validasi data dan koordinasi antar lembaga dan kementrian.
“Dua kelemahan sangat terlihat saat menghadapi COVID-19. Kita butuh kerja keras, kerja sama dan kerja cerdas. Ini hikmah penting, memerangi virus Corona birokrasi pemerintah harus bergerak dengan sistematis, profesional dan sinergis, tidak boleh ada kebijakan yang tumpang tindih,” ujarnya.
Selain itu, masyarakat masih lemah dari sisi komitmen bersama menghadapi COVID-19. Karenanya, edukasi dan sosialisasi harus terus ditingkatkan. Disamping jiwa gotong royong bangsa Indonesia sedang diuji karena itu tidak boleh ada kelompok masyarakat yang egois dengan tidak mematuhi protokol kesehatan.