Kepala BNPT: Hasil Penelitian, Pola Serangan Terorisme Berubah

Nasional1078 Dilihat

SEMARANG – Pola serangan terorisme sekarang ini sudah berubah. Dari hasil penelitian yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dari tahun 2018 sampai tahun 2023, pola serangan terorisme yang dilakukan secara terbuka telah menurun yakni 89 persen. 

Di atas permukaan mereka tidak lagi melakukan serangan-serangan teror, sudah merubah polanya dari hard approach menjadi soft approach atau di bawah tangan.

Hal tersebut dikatakan Kepala BNPT RI, Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel, saat menjadi narasumber pada Kuliah Umum di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Rabu (8/11/2023).

“Di bawah tangan ini atau di ‘ruang gelap’ (online) mereka melakukan sesuatu, mereka melakukan kegiatan yang terencana dan sistematis dan juga masif,” ujarnya. 

“Untuk apa? Tentunya untuk melakukan penguatan sel-sel, melakukan proses rekrutmen melalui proses radikalisasi kepada kalangan para mahasiswa, kepada para remaja, anak-anak dan perempuan,” lanjut Rycko.

Menurut dia, kelompok radikal terorisme telah memperkenalkan dan menggunakan simbol-simbol agama, yakni dengan masuk ke rohis, tempat ibadah, dan Majelis Ta’lim.

“Mereka juga menggunakan tempat ibadah untuk menyampaikan, atau disampaikan oleh orang-orang yang sepertinya memahami masalah keagamaan atau menggunakan jubah keagamaan,” katanya. 

“Untuk itu saya minta hati-hati kepada para mahasiswa semuanya,” tambahnya.

Lebih lanjut, Rycko menjelaskan, di bawah sel permukaan, kelompok ini mulai melakukan proses rekrutmen dengan radikalisasi dan mengumpulkan berbagai bantuan keuangan (donasi), dan menyaru dengan menggunakan kotak amal. Bahkan menggunakan system online atau menggunakan barcode.

“Siber patrol juga dilaksanakan, tapi masalahnya ini sudah tersebar dari Wa ke WA, telegram ke telegram, lalu dari Facebook ke Facebook,” kata dia. 

“Menggunakan tameng dukung Gaza, dukung Palestina. Apa anda yakin?  Orang Indonesia ini sangat murah hati, begitu dengar bahasa tersebut, tinggal klik pakai gopay atau qris tinggal ditempel. Nggak taunya tidak jelas malah untuk pendanaan terorisme. Hati-hati,” lanjutnya.

Selain itu, sel-sel teroris juga berupaya masuk seperti ingin membuat partai politik. Dari strategi menggunakan peluru, bullet, sekarang menggunakan bailout atau menggunakan kotak suara. 

“BNPT sudah menghentikan di mana ada calon partai yang isinya mengusung ideologi kekerasan,” katanya.

Apabila kelompok radikal terorisme masuk dan memiliki partai, apalagi duduk di DPR RI atau DPR daerah, mereka bisa merumuskan aturan yang sangat bertentangan dengan kehidupan, sebagai suatu bangsa yang dibangun dari berbagai macam perbedaan yang ada. 

“Ini harus hati-hati betul, karena kalau tidak, dapat menimbulkan suatu perpecahan di Indonesia yang kita cintai ini,” ujar Rycko.

Dua Cara Mahasiswa Hadapi Ideologi Radikal Terorisme

Sedangkan untuk para kaum wanita, tidak sedikit di kalangan perempuan sudah dieksploitasi, dibohongin, dan dimanipulasi untuk menjadi jaringan terorisme. 

Bahkan ada yang menjadi pelatih, pelaku bom bunuh diri, recruiter, dan simpatisan. Malahan ada juga yang membawa suami dan anaknya melakukan bom bunuh diri seperti yang terjadi di Surabaya tahun 2018.

Olehnya itu, Rycko menekankan kepada para mahasiswa, ada dua upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi ideologi kekerasan tersebut. 

Pertama, mengenal ciri-cirinya atau karakter, pola dan juga modus operandinya. Kedua adalah memperkuat rasa kebangsaan.

 Memperkuat rasa kebangsaan bagi para generasi muda, kata Rycko, adalah dengan menggunakan pengetahuan, seperti rajin membaca. 

“Mudah-mudahan di kampus ini bisa diberikan tentang memperkuat rasa kebangsaan, sejarah tentang terbentuknya Indonesia, perjuangan negara kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.

Karena dengan memiliki ilmu pengetahuan menurutnya, para mahasiswa diharapkan akan memahami betul sesungguhnya apa yang diajarkan.  

Dirinya memberikan contoh,  Pemenang Nobel Perdamaian tahun 2014 asal Paksitan, Malala Yousafzai, mengatakan bahwa, “Dengan senjata kita bisa melawan dan membunuh teroris. Tapi hanya dengan pengetahuan dan dengan pendidikan kita dapat membunuh ideologi terorisme ini”.

Ia berpesan kepada para mahasiswa untuk memanfaatkan masa-masa yang sangat berharga  dan bahagia. 

Para mahasiswa harus dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk belajar, menimba ilmu pengetahuan,   memahami berbagai macam ideologi yang berkembang dikehidupan sekitar, baik yang didengar langsung maupun yang menggunakan sarana media sosial.

“Pahami itu secara betul. Perkuat rasa toleransi, rasa memiliki keberagaman yang ada di Indonesia ini, jaga bangsa ini jaga negeri ini, mari kita tolak kekerasan, kita tolak radikalisme, kita tolak ideologi terorisme ini. Dengan apa ? Dengan semangat belajar, belajar yang tekun,” katanya.

Rektor UNNES: UNNES akan Melahirkan Orang-orang Anti Radikalisme dan Terorisme

Dalam kesempatan tersebut, Rektor Unnes, S. Martono, mengatakan dengan adanya kuliah umum yang disampaikan Kepala BNPT RI, dirinya yakin di kampus Unnes ini akan lahir orang-orang yang anti radikalisme dan anti teroris.

“Kami hanya bisa berharap bahwa dengan kuliah umum ini justru akan menguatkan kita untuk bersatu dalam berbagai perbedaan. Saya berharap para mahasiswa bisa mengikuti dan menyimak dan menanamkan dalam hati saudara apa yang dikatakan oleh Kepala BNPT, karena saudara atau adik-adik mahasiswa ini adalah bagian dari masa depan bangsa Indonesia,” ujar Martono.

Ia menambahkan, baik buruknya negara ini ada di pundak mahasiswa dan seluruh civitas akademica. 

Dirinya mengucapkan banyak terima kasih kepada BNPT RI yang mau memberikan pencerahan kepada para generasi muda bangsa.

“Mari bersama-sama untuk lurus berdasarkan keyakinan kita, berdasarkan langkah kita dan berdasarkan hukum yang berlaku di negara kita.  Utamakan toleransi kita tolak radikal dan wujudkan Indonesia yang harmonis itu yang diutamakan,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *