JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mencuri perhatian dengan rencananya yang kontroversial mengenai Gaza.
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, yang dikutip dari situs IRNA, Rabu (12/2/2025), Trump mengatakan, warga Palestina yang meninggalkan wilayah tersebut tidak akan memiliki hak untuk kembali.
“Apakah warga Palestina akan memiliki hak untuk kembali?” tanya Bret Baier, sang pewawancara. “Tidak, mereka tidak akan memilikinya,” jawab Trump tanpa ragu.
Pernyataan ini memicu kemarahan tidak hanya di kalangan warga Palestina, tetapi juga di berbagai negara di seluruh dunia.
Baca Juga: Dugaan Kasus Senjata Api dalam Lingkaran Anak Bos Prodia
Trump menekankan ia berencana untuk membangun komunitas permanen bagi warga Palestina, mengklaim bahwa Gaza saat ini tidak layak huni dan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dipulihkan.
Ia menggambarkan rencananya sebagai proyek pengembangan real estat yang bertujuan menjadikan Gaza sebagai “Riviera of the Middle East”—kawasan pesisir yang indah di Timur Tengah.
Namun, rencana ini tidak diterima dengan baik oleh rakyat Palestina. Mereka dengan tegas menolak tawaran tersebut dan menyatakan tidak akan pernah meninggalkan tanah air mereka.
Secara historis, wilayah Gaza telah menjadi pusat konflik antara Palestina dan Israel, dan setiap upaya untuk memindahkan rakyat Palestina dianggap sebagai bentuk pembersihan etnis.
Reaksi terhadap pernyataan Trump datang dari berbagai belahan dunia. Beberapa pemimpin di Asia Barat dan organisasi internasional menyerukan penolakan terhadap rencana tersebut.
Menurut mereka, tindakan ini tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah ada di Gaza.
Lebih lanjut, survei menunjukkan bahwa 47 persen warga Amerika Serikat menganggap rencana Trump untuk mengambil alih Gaza sebagai ide yang buruk. Ini menunjukkan bahwa bahkan di dalam negara yang sama, terdapat perpecahan pendapat mengenai kebijakan luar negeri yang diambil oleh pemerintahan saat ini.
1 komentar