JAKARTA – Keberadaan Lembaga Persahabatan ormas Islam (LPOI) dinilai cukup penting dan menjadi mitra strategis bagi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Sebab terorisme adalah musuh agama dan musuh negara.
Hal tersebut dikatajan Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid dalam sambutannya pada acara Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) LPOI di Hotel Santika Premier, Jakarta, Kamis (15/9).
“Terutama terorisme yang dilatar belakangi radikalisme dalam konteks ini adalah radikalisme yang mengatasnamakan agama,” ujarnya.
“Harapan saya LPOI menjadi mitra strategis dan insya allah abadi. Kenapa? Karena LPOI kalau di dalam konteks kebijakan BNPT masuk dalam kebijakan pentahelix, yaitu dalam penanggulangan radikal terorisme melibatkan multi pihak, seluruh elemen masyarakat bangsa dan negara,” lanjutnya.
Dalam menerapkan kebijakan pentahelix, pihak yang pertama adalah pemerintah yaitu Kementerian/Lembaga maupun Pemda. Pihak kedua adalah akademisi, ketiga yakni pelaku usaha, keempat yaitu media, dan kelima adalah masyarakat atau ormas seperti LPOI.
Oleh karena itu, LPOI sangat berperan penting dalam mengklarifikasikan narasi-narasi cinta terhadap bangsa dan Tanah Air, perdamaian, persatuan, serta narasi mengenai pentingnya bagi masyarakat untuk mencintai sekaligus menghormati segala perbedaan demi menjaga keutuhan NKRI.
Ia berharap para Ketua Umum masing-masing ormas dan juga para tokoh agama yang tergabung dalam LPOI, bersedia memberikan masukan ataupun nasihat kepada BNPT dan Densus 88/Antiteror Polri terkait pencegahan dan pemberantasan terorisme.
“Diharapkan para tokoh agama, terutama di LPOI, bersedia memberi masukan, nasihat, atau wejangan kepada BNPT. Dimana BNPT adalah hulunya untuk melakukan pencegahannya. Sedangkan Densus adalah eksekutor penegakan hukum di bidang tindak pidana terorisme,” katanya.
Disamping itu, LPOI dapat memberikan kontribusi yang produktif dan signifikan terhadap bangsa dan negara Indonesia, dengan dilibatkan untuk menjadi narasumber dalam menggaungkan Islam yang rahmatan lil alamin.
Sementara Ketua Umum LPOI, Said Aqil Sirad, meminta kepada umat untuk waspada terhadap ancaman politisasi agama dan politik identitas. Caranya, dengan membangun kesiapsiagaan nasional, deteksi dini, dan mewaspadai gerakan dan atau organisasi yang melakukan perekrutan dan penggalangan suara yang membawa-bawa nama agama demi tujuan politik.
“Demikian halnya dengan menindak secara tegas berbagai bentuk dan upaya politisasi agama,” ujarnya.
Diakuinya bahwa virus radikalisme, terorisme, dan Intoleransi, masih terus berusaha menjebol rasa kesatuan dan persatuan juga kemanusiaan sebagai anak bangsa.
Namun, dengan membangun sistem kewaspadaan nasional, sistem deteksi dini, pengawasan berbasis Indeks Potensi Radikal secara kolaboratif berbasis multi pihak, maka dirinya yakin virus tersebut sulit menembus jantung NKRI.
Ia mengatakan, LPOI sudah melakukan MoU dengan BNPT pada tahun 2020 lalu. Dimana MoU tersebut dari asas, historical, dan prinsip-prinsip yang sama, untuk membangun kekuatan bersama dalam menghadapi transnasional yang mengakibatkan ekstrimisme, radikalisme, dan puncaknya adalah terorisme.
“Jadi kita ormas Islam ini juga berperan dalam melakukan deradikalisasi. Adapun kalau di teroris yang bertindak adalah Densus. Kalau kami deradikalisasi, bersama BNPT,” katanya.
Diketahui, ormas-ormas Islam yang hadir pada acara tersebut yakni Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Al~Irsyad Al Islamiyah, Al~Washliyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Syarikat Islam Indonesia (SII), Persatuan Umat Islam (PUI), Mathla’ul Anwar, Al-Ittihadiyah, Persatuan Islam (PERSIS), Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI), Ikatan Dai Indonesia (IKADI), dan Nahdatul Wathan.
1 komentar