MALANG – Tanpa hadirnya negara yang berdaulat dan aman, maka agama hancur. Olehnya itu, menjaga agama adalah wajib begitu juga dengan negara.
Hal tersebut dikatakan Ketua Pengurus Wilayah Nahdalatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim), KH Marzuki Mustamar di Malang, Sabtu (9/7).
“Karena gak mungkin agama bisa terlaksana dengan baik, tanpa dijaga oleh negara yang berdaulat,” ujarnya.
Kiai Marzuki mencontohkan, negara Yaman yang 100 persen warganya umat muslim. Di sana, Jumatan kesulitan karena perang saudara akibat diserang Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, yang pilotnya Israel.
“Libya hampir 100 persen muslim juga hancur. Kenapa hancur? Karena gak punya negara yang melindungi mereka. Apalagi Suriah, Irak, Palestina,” kata dia.
“Jangan main-main dengan dalil. Jangan bikin narasi dan opini atas nama agama, apalagi mendoktrin sampai melakukan gerakan yang ujungnya menggerogoti kekuatan negara, melemahkan negara. Itu haramnya sama dengan menggerogoti agamamu sendiri,” tambahnya.
Baca Lagi: BNPT: Lima Langkah Memutus Pendanaan Teror Berkedok Lembaga Amal
Begitu juga bagi non-muslim, lanjut Kiai Marzuki, dengan negara kokoh, non-muslim di Jawa yang minoritas, bisa kebaktian dengan aman, upacara di Pura aman, sembahyang di Kelenteng juga dengan aman.
“Meski muslim di Bali minoritas, tapi Jumatan lancar, makam wali aman dan tidak diganggu bahkan dijaga oleh pecalang-pecalang hindu,” katanya.
Ia tidak bisa membayangkan, bila dilakukan pembiaran terhadap penyebar doktrin anti-Pancasila, anti-Merah Putih, dan anti-NKRI.
“Mereka hanya mementingkan kelompok dan agama sendiri. Di belakang mereka ada yang meremot. Saya gak bisa membayangkan, kira-kira tidak usah lama-lama, 40 tahun lagi hancur negeri ini,” ujar dia.
Olehnya itu, dia mengajak seluruh anak bangsa, untuk tidak main-main dengan keamanan dan kedaulatan negara. Apapun alirannya, mazhab, suku, etnis, semua harus sepakat dalam dua hal yaitu sama-sama Indonesia, dan sama-sama manusia.
Kiai Marzuki mengajak semua pihak untuk mewaspadai potensi yang bisa mengancam keamanan negara. Antara lain adanya kelompok-kelompok yang terlalu nafsu beragama, sampai bagi mereka beragama harus menentang bangsanya.
A
Menurutnya, para aparat harus terus mewaspadai, melakukan penyelidikan sampai penyidikan, sampai keakarnya.
“Jejak digital tidak bisa dihilangkan. Aparat jangan takut. Apa gak kriminilasasi ulama? Gak. Kalau dikit-dikit kriminalisasi ulama, padahal nyata ceramahanya, doktrinya, mazhabnya, kedepan dalam rangka merongrong kedaulatan negara. Akhirnya mereka mendirikan cabang kemana-mana, semakin luas merongrong kedaulatan negara. Kelompok atau orang seperti itu harus cepat ditindak,” katanya.
“Bukan berarti bila orang berjubah tidak bisa ditindak. Kita itu akan dibohongi oleh kelompok penjahat tapi berkamuflase seakan-akan mereka ulama. Itu banyak sekali di media sosial. Itu bukan kriminlaisasi ulama, tapi mengulamakan kriminal,” lanjutnya.
Salah satu upaya untuk mewaspadai, kata Kiai Marzuki, para orang tua harus bisa memilih pendidikan usia, terutama dari usia dini yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Banyak terungkap TK atau lembaga pendidikan usia dini malah berafiliasi dengan paham anti-NKRI.
Ia menambahkan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenristekdikti) dan Kementerian Agama (Kemenag) harus terus berkoordinasi memantau dan menindak lembaga tersebut.
“Saya gak peduli. Pokoknya ngesruh di NKRI, gebuk saja. Nabi memerintahkan, Alquran memerintahkan agar kita gebuk kelompok bughat,” kata dia.
Ia juga meminta kepolisian, kejaksaan, dan hakim, harus berani. “Komunisme dilarang membahayakan negara, ini dilarang karena membahayakan negara, DI/TII dilarang karena membahayakan negara. Rumusnya apapun yang membahayakan negara, tindak sudah,” ujarnya.
2 komentar