JAKARTA – Kaum muda atau milenial harus bisa memaknai agama Islam secara utuh, sebagai agama yang menyenangkan. Karena itu, harus banyak belajar dari para guru atau ustadz yang berkualitas, dimana memiliki pemahaman Islam mendalam.
Demikian dikatakan Pengamat Timur Tengah, Zuhairi Misrawi, di Jakarta, Senin (15/3/2021).
Menurut Zuhairi, kaum milenial harus lebih sering mendengar ceramah yang membangun dan menyejukkan. Bukan ceramah ekstrem dan tidak relevan. Karenanya, tidak hanya mengandalkan ceramah para ustadz dari channel-channel Youtube.
“Anak-anak muda harus diajak agar tidak memilih ustadz-ustadz yang radikal. Kalau pun harus menonton ceramah Youtube, pilih yang dakwahnya menyejukkan,” ujarnya.
Ia juga mengajak para milenial untuk bisa menyaring isu-isu yang sengaja disebarkan kelompok tertentu, yang mau merusak Islam dan Indonesia. Sebab cara berfikir seperti itu adalah salah. Sehingga tugas generasi muda Islam dan umat Islam indonesia pada umumnya adalah memberikan inspirasi, solusi bagi negeri ini dan dunia, bukan justru menampilkan wajah Islam yang radikal.
“Indonesia presidennya beragama Islam, ormas paling banyak Islam, bahkan secara jumlah umat Islam adalah mayoritas, sehingga tidak tepat jika dikatakan umat Islam di Indonesia ini dizalimi,” kata dia.
”Saya percaya bahwa kelompok-kelompok radikal ini akan terus mengecil, karena sudah mulai ada ketegasan dari pemerintah dan masyarakat, untuk memahami Islam yang rahmatan lil alamin,” Zuhairi menambahkan.
Zuhairi pun mengajak semua pihak untuk memahami hikmah Isra Miraj yang baru saya diperingati umat Muslim di seluruh dunia. Dimana Isra Miraj memiliki dua esensi. Pertama, terkait hablum minannas, bahwa supaya diterima oleh Allah, di antara manusia harus membangun ukhuwah atau persaudaraan, sebagai sebuah bangsa harus bersatu dan bersaudara.
”Tidak boleh berkonflik apalagi menyebarkan hoax yang bisa menimbulkan fitnah di antara sesama. Ini adalah garis yang harus kita lalui dalam membangun peradaban Indonesia. Hablum Minannas-nya harus kuat karena itu esensi dari isra,” kata dia.
Kedua, hablum minallah. Dimana memohon kepada Allah supaya menurunkan rahmat-Nya. Diwujudkan dengan perintah shalat yang artinya mengingat Allah.
”Supaya kita mengingat Allah bahwa kita semua ini adalah ciptaan Allah, qadarullah. Semuanya mulia apapun agamanya, apapun mahzabnya, apapun etnisnya. Kita ini mulia di sisi Allah. Maka perjalanan Isra Miraj itulah yang menggambarkan hablum minannas menjadi hablum minallah,” ujar dia.
Zuhairi mengatakan, jika seseorang mengerti agama dengan baik, tidak mungkin berbuat radikalisme negatif. Karenanya, agama itu sumber kebajikan, kerahmatan, dan persaudaraan.
“Islam adalah sumber toleransi, karena Rasulullah hadir ke muka bumi ini dengan membawa rahmat,” ujarnya.