JAKARTA – Presiden Indonesia Prabowo Subianto mengadakan pertemuan penting di Washington DC dengan Direktur Central Intelligence Agency (CIA), William J. Burns. Pertemuan ini dilakukan di Wisma Indonesia sebelum Prabowo bertemu dengan Presiden AS, Joe Biden.
Momen ini menjadi sorotan karena banyak yang mempertanyakan topik yang dibahas, terutama terkait dengan situasi geopolitik di Laut Cina Selatan.
Pertemuan yang berlangsung tertutup, dan dihadiri oleh beberapa pejabat penting, termasuk Menteri Luar Negeri RI, Sugiono dan Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya.
Meskipun detail spesifik pertemuan tidak dipublikasikan, banyak kalangan berpendapat bahwa ini berkaitan dengan pernyataan bersama antara Indonesia dan Cina yang ditandatangani oleh Prabowo dan Presiden Xi Jinping dalam kunjungan sebelumnya ke Cina.
Baca Juga: Menjaga Persatuan: Moderasi Beragama dan Cinta Tanah Air dalam Menghadapi Ancaman Ideologi Ekstremis
Dalam pertemuan terpisah dengan Presiden Biden, baik Prabowo maupun Biden menyoroti pentingnya dukungan untuk kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut Cina Selatan.
Keduanya sepakat bahwa hak kedaulatan negara-negara pantai atas zona ekonomi eksklusif mereka harus dihormati, sesuai dengan UNCLOS 1982.
Biden dan Prabowo juga menyoroti perlunya implementasi Deklarasi Perilaku Para Pihak di Laut Cina Selatan dan dukungan terhadap upaya ASEAN untuk mengembangkan kode etik yang efektif di kawasan tersebut.
Implikasi Terhadap Kebijakan Laut China Selatan
Suzie Sudarman, seorang pakar Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa pertemuan ini mungkin terkait dengan pernyataan poin ke-9 dalam kesepakatan tersebut yang mencakup “pengembangan bersama di area yang saling tumpang tindih”.
Poin ini dianggap kontroversial karena bisa bertentangan dengan hukum internasional dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982.
Ditempat terpisah, Teuku Rezasyah, pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, menilai bahwa kedatangan CIA untuk menemui Prabowo mencerminkan kekhawatiran AS terhadap posisi Indonesia dalam konflik Laut Cina Selatan.
Ia menduga bahwa CIA berusaha memberikan pandangan kepada Prabowo mengenai pengaruh Cina di kawasan tersebut dan pentingnya bagi Indonesia untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip hukum internasional.
Prabowo sendiri menegaskan bahwa Indonesia akan terus menghormati semua kekuatan negara lain, namun tetap berkomitmen untuk mempertahankan kedaulatan nasional.
“Kita ingin kerja sama dengan semua pihak, tetapi kita juga akan tetap mempertahankan kedaulatan kita,” ujarnya di kutip dari situs Kompas, Jumat (15/11/2024).