Rencana Panglima TNI Soal Penerapan AI Dinilai Kurang Tepat

JAKARTA – Analis militer dan pertahanan dari Semar Sentinel, Alman Helvas Ali, menilai usulan Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto yang ingin menerapkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam pengoperasian alat utama sistem persenjataan (alutsista) dinilai kurang tepat.

Menurut Alman, modernisasi alutsista jauh lebih penting ketimbang pemanfaatan AI. Hal tersebut dikarenakan banyak alutsista TNI yang berusia tua.

“Modernisasi alutsista jauh lebih penting dan mendesak daripada pemanfaatan AI. Kondisi alutsista saat ini sebagian besar telah melampaui masa usia pakai dan teknologi yang dikandung sudah ketinggalan zaman,” ujarnya di Jakarta, Jumat (24/11/2023).

Alman menambahkan, gagasan pemanfaatan AI dalam alutsista TNI jauh panggang dari api. Penggunaan AI, lanjutnya, masih belum matang dan terus dikembangkan, bahkan di Amerika Serikat (AS) sekalipun, belum ada adopsi total AI untuk urusan pertahanan.

“Gagasan demikian tidak memperhatikan kondisi alutsista saat ini. Isu AI antara lain terkait dengan pengambil keputusan dalam operasi sehari-hari. Siapa yang akan ambil keputusan, misalnya untuk tembak atau tidak tembak pesawat musuh, apakah mesin AI atau manusia (komandan)?,” kata Alman.

“Apa implikasi politik yang timbul bila pengambilan keputusan dilakukan oleh mesin AI? Bagaimana kalau mesin AI salah tembak sasaran dan korbannya adalah aset sipil seperti pesawat komersil yang salah diidentifikasi oleh mesin AI?,” lanjutnya.

Menurut Alman, penggunaan AI dalam pertahanan masih terlalu dini karena teknologinya belum matang serta konsekuensi politik, hukum, dan etika yang ditimbulkan nantinya.

Sebelumnya, Jenderal Agus berbicara tentang modernisasi alutsista TNI melalui pemanfaatan artificial intelligence.

“Dalam rangka memuwujudkan percepatan modernisasi alutsista di tubuh TNI, maka pemanfaatan kemajuan teknologi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan dan informatika harus dilaksanakan secara terprogam,” kata Agus.

“Serta berorientasi pada integrated based system yang merupakan sebuah sistem berbasis keterpaduan untuk menjamin adanya interoperabilitas seluruh matra,” lanjutnya.

Modernisasi alutsista berbasis digital, kata Agus, juga diperlukan untuk mendukung pengamanan jalur logisitik maritim sebagai wujud kontribusi TNI dalam mensukseskan visi poros maritim dunia.

Agus juga ingin mengintegrasikan seluruh alutsista TNI dalam sistem pertahanan terpadu dalam network-centric warfare system guna meningkatkan pertahanan negara, termasuk kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *