KENDARI – Ketua Forum Koordinasi Pembangunan Terpadu (FKPT) Sulawesi Tenggara, Andi Intang Dulung, mengulas berbagai aspek berkaitan dengan peran strategis anak muda dalam menghadapi paham radikal.
Hal itu disampaikan pada Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) Sulawesi Tenggara menyelenggarakan diskusi publik dengan tema “Perspektif Merawat Kerukunan untuk Menangkal Radikalisme” yang dikutip Sabtu (1/2/2025).
Andi Intang menjelaskan, anak muda merupakan kelompok yang memiliki karakter dinamis, kritis, serta rasa ingin tahu yang tinggi.
Namun, fase pencarian identitas yang mereka alami membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh luar, termasuk ideologi ekstrem.
Baca Juga: Penangkapan Pelaku Perampokan WNA di Bali
Menurut dia, ada beberapa faktor yang menjadikan anak muda lebih mudah terpengaruh, di antaranya:
- Pengaruh Media Digital: Generasi muda adalah pengguna aktif platform media sosial yang sering kali dijadikan sarana penyebaran paham radikal melalui konten menarik. Propaganda yang terbungkus rapi mampu menarik perhatian mereka dan membentuk pandangan yang ekstrem.
- Krisis Identitas dan Psikologis: Banyak anak muda yang mengalami rasa keterasingan sosial dan frustrasi terhadap keadaan. Pencarian makna hidup pun sering kali membuat mereka lebih terbuka untuk menerima ideologi yang mungkin tidak sejalan dengan nilai-nilai kebhinekaan.
- Pendekatan Ideologi Emosional: Kelompok radikal sering memanfaatkan pendekatan emosional, menawarkan solidaritas, perasaan diterima, serta keberanian melawan ketidakadilan. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi anak muda yang merasa terpinggirkan.
Menghadapi pertanyaan mengenai seriusnya penyebaran radikalisme dan dampaknya bagi masyarakat, Andi Intang menegaskan, radikalisme mengancam nilai-nilai kebhinekaan dan toleransi, serta dapat memicu konflik horizontal di masyarakat.
Oleh karena itu, langkah-langkah strategis diperlukan untuk mengantisipasi penyebaran paham tersebut, yakni:
- Peningkatan Literasi Kebangsaan: Generasi muda perlu diberi pemahaman mendalam tentang nilai Pancasila, kebhinekaan, dan sejarah bangsa. Ini penting untuk menciptakan kesadaran kolektif dan rasa kebanggaan sebagai bangsa.
- Pendidikan Agama yang Moderat: Mengembangkan pendekatan agama yang menekankan nilai-nilai toleransi, kasih sayang, dan kerukunan antarumat beragama adalah strategi kunci untuk mendorong generasi muda memahami pentingnya hidup berdampingan.
- Kerjasama Multi-Pihak: Sinergi antara pemerintah, organisasi masyarakat (ormas), lembaga pendidikan, dan media sangat penting dalam menyampaikan narasi kontra radikalisme. Kolaborasi ini juga dapat aplikasi kampanye yang lebih efektif dan merangkul lebih banyak kalangan.
- Monitoring Konten Digital: Memberikan edukasi digital kepada masyarakat agar bisa mengenali konten berbahaya di media sosial juga penting.
Dengan meningkatkan kesadaran akan dampak negatif dari konten ekstrem, diharapkan masyarakat, terutama anak muda, bisa menjadi filter bagi informasi yang diterima.
Diharapkan, upaya kolaboratif antara berbagai elemen masyarakat ini dapat menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif, jauh dari pengaruh negatif radikalisme, serta melestarikan nilai-nilai kebhinekaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
1 komentar