Tangkal Radikal Intoleran dengan Pelibatan Generasi Muda

Nasional8 Dilihat

Berdasarkan hasil survei, pada tahun 2020 lalu sebanyak 12,2 persen masyarakat Indonesia yang masuk dalam kategori indeks potensi radikalisme didominasi generasi muda.

Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid

DEPOK – Generasi muda merupakan generasi yang masih mencari jati diri dan sangat mudah dipengaruhi, sehingga menjadi salah satu kelompok rentan terpapar radikalisme, intoleransi, dan terorisme.

Oleh karena itu, pelibatan generasi muda sangat penting untuk menangkal penyebaran paham radikalisme khususnya dikalangan mereka sendiri.

Hal tersebut dikatakan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, pada diskusi Pelibatan Pemuda dalam pencegahan Radikalisme dan Terorisme dengan Pitutur Kebangsaan di GOR Balai Rakyat Depok II, Sukmajaya, Depok, Rabu (13/4).

“Pelibatan pemuda sangat penting dan sangat vital,” ujarnya.

Berdasarkan hasil survei, lanjut Nurwakhid, pada tahun 2020 lalu sebanyak 12,2 persen masyarakat Indonesia yang masuk dalam kategori indeks potensi radikalisme didominasi generasi muda.

“Dari 12, 2 persen, 85 persen adalah generasi muda antara umur 20 sampai 39 tahun. Kemudian kedua diikuit Generasi Z yaitu umur 14 sampai 19 tahun,” katanya.

Karena itu, penting sekali peranan kaum pemuda dilibatkan dalam kontra radikalisasi, baik kontra ideologi, kontra propaganda, maupun kontra narasi terutama di dunia maya.

Baca Lagi: Resmikan Jalan Lingkar Brebes-Tegal, Jokowi: Jalur Alternatif Mudik Lebaran

Apalagi, sebaran paham intoleransi dan radikalisme saat ini lebih banyak didominasi melalui dunia maya. Dimana hasil surveri Setara Institute, tahun 2019-2020 an konten-konten keagamaan di dunia maya di dominasi sekitar 67 persen.

“Isinya tentang konten-konten keagamaan yang intoleran dan radikal,” kata dia.

Terkait potensi radikal dan inoleransi di Kota Depok, Nurwakhid mengatakan, dalam menjalankan misi untuk merekrut para generasi muda, kelompok radikal sering kali memanipulasi, mendistorsi, dan mempolitisasi agama.

Kelompok tersebut menggunakan strategi taqiyah, dimana taqiyah ini berkamuflase untuk bersiasat menyembunyikan jati dirinya dan tamkin yakni upaya mempengaruhi atau penguasaan wilayah maupun pengawasan pengaruh di seluruh lini.

Kelompok radikal terorisme, lanjut Nurwakhid, juga cenderung menggunakan trik-trik atau teknik-teknik yang digunakan era komunisme zaman PKI, pada masa lalu dengan menguasai kota.

“Kebetulan Kota Depok ini merupakan satu di antara beberapa daerah atau kota penyangga ibukota, Sehingga kecenderungan akan digunakan sebagai area untuk penyebarluasan atau area radikalisasi,” katanya.

Oleh karena itu, menurutnya, perlunya kolaborasi antara pemerintah daerah dan para stakeholder terkait, tidak hanya di Depok saja tetapi juga di seluruh daerah penyangga ibukota dalam melindungi generasi muda dari pengaruh penyebaran paham radikal terorisme.

Putuskan Rantai Propaganda Kelompok Radikal di Dunia Maya

Beberapa upaya yang dapat dilakukan, di antaranya memutus media propaganda kelompok radikal terutama melalui dunia maya. Sebab dengan memutus propaganda di dunia maya, secara otomatis memutus kaderisasi dan logistik.

Memutus propaganda di dunia maya, pihaknya bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Kementerian Informatika (kominfo), media radio, televisi, ataupun media cetak maupun online.

“Ini agar media-media ini tidak menyebar luaskan konten-konten intoleran dan radikal terutama konten-konten keagamaan,” kata dia.

Selain itu, pihaknya juga melibatkan ormas, civitas akademika, dan komunitas, baik komunitas budaya, seni maupun komunitas keagamaan, pemuda, forum rektor, dosen dan sebagainya.

Disamping itu, juga melibatkan pengusaha atau pelaku ekonomi bisnis seperti perusahaan swasta ataupun yang tergabung dalam BUMN.

“Perlunya melibatkan pengusaha atau pelaku bisnis ini agar jangan sampai dana dana CSR-perusahaan tersebut nantinya digunakan untuk didistribusikan ke kelompok radikal atau intoleran,” ujar dia.

Kemudian, melakukan kerjasama dengan dunia pendidikan untuk membuat kurikulum seperti yang telah dicanagkan Mendikbud dengan membuat tiga pantang yaitu pantang intoleransi, pantang bullying, dan pantang kekerasan seksual.

“Pantang intoleransi ini adalah pantang radikalisme dan terorisme. Karena intoleransi adalah watak dasar radikalisme itu sendiri,” ujarnya.

“Ini menjadi tugas bersama bagaimana generasi muda kita ini jangan sampai terkontaminasi terhadap paham radikalisme dan intoleran,” lanjutnya.

Pemkot Depok Gelar Kegiatan Generasi Muda, Hindari Penyebaran Radikal Terorisme

Dalam kesempatan tersebut Wakil Walikota Depok, Imam Budi Hartanto, mengatakan Pemerintah Kota Depok melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) akan terus membuat berbagai kegiatan bagi kaum pemuda, agar terhindar dari penyebaran paham intoleran, radikalisme, dan terorisme.

“Tentunya kita membuat kegiatan-kegiatan di Kesbangpol dan berbagai hal, mulai dari pelatihan kepemimpinan dan juga tentang kesatuan dan persatuan bangsa,” ujarnya.

Pihaknya juga akan melibatkan anggota DPR RI terhadap pemahaman empat pilar yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.

“Saya berharap temen-temen DPR RI yang dari Dapil Depok-Bekasi ini punya kegiatan terkait masalah empat pilar agar bisa dimaksimalkan di kota Depok ini,” katanya.

Karena itu, ia mengajak seluruh komponen masyarakat melindungi generasi muda di wilayahnya agar terbebas dari paham radikalisme dan terorisme.

Apalagi, dalam konsep pembangunan di Kota Depok pihaknya menggunakan konsep yang berkolaborasi dan partisipasi, di antaranya melibatkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).

“Maka semua akan digawangi oleh Kesbangpol dan FKUB. Jadi kami Insya Allah bisa menyatukan semua komponen melalui dua lembaga itu baik Kesbangpol maupun melalui FKUB,” ujar dia.

Senada, Ketua FKPT Jawa Barat, R. Lip Hidajat, menambahkan pihaknya sengaja menggelar acara dengan melibatkan kaum pemuda di Depok, dikarenakan sempat ada pemberitaan bahwa Depok menjadi kota intoleran.

“Untuk itu hari ini kita kumpul di sini dengan semua unsur semua kekuatan untuk melihat dan menyatukan persepsi lagi. Sehingga namanya kita kemas yaitu Ekspresi Indonesia Muda,” ujarnya.

Diakuinya, dengan tema Ekspresi Indonesia Muda, diharapkan para generasi muda yang memiliki potensi besar bisa ‘melawan’ paham radikal intoleran tersebut.

“Apalagi bangsa Indonesia sendiri sedang mempersiakan usia 100 tahun atau satu abad dalam menyongsong Indonesia Merdeka nanti,” katanya.

Ia berharap, dengan acara tersebut, maka kaum generasi muda akan memiliki ilmu dan bekal terhadap bahaya intoleransi, radikalisme, dan terorisme sehingga pemikirannya tercerahkan

“Sehingga bagaimana nilai patriotisme, nasionalisme, kembali kepada mempertahankan NKRI, Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila untuk tetap utuh,” kata dia.

“Sehingga pada tahun 2045 kita bisa memperlihatkan eksitasi Indonesia menjadi negara yang paling kuat,” lanjutnya mengakhiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar