BANDUNG – Teknologi informasi yang berkembang begitu pesat selama ini telah menggerus dan mereduksi nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda Indonesia. Oleh karena itu, generasi muda harus tetap waspada menerima segala informasi yang masuk dengan diimbangi akhlak dan wawasan kebangsaan sebagai upaya mempertahankan jati diri.
Demikian disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Suhardi Alius saat memberikan kuliah umum di Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (5/2/2020).
“Dengan dunia maya, sudah bisa mengubah orang dari hal-hal positif menjadi negatif. Salah satunya radikalisme dan terorisme yang masuk melalui duni maya,” ujarnya.
Paham negatif itu, lanjut Suhardi, bisa masuk di lingkungan mahasiswa tanpa disadari. Sebab kelompok radikal terorisme melakukannya secara perlahan, mulai dari proses indoktrinasi dan sebagainya.
“Untuk mengatasi hal itu, segera diinformasikan baik kepada dosen, guru atau kepada rektor,” katanya.
Ia berharap, apa yang disampaikan kepada mahasiswa ITB, bisa tersadar dan menyampaikan kepada teman-temannya sehingga ada kewaspadaan bersama dan saling sharing. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat.
“Kita ingin memberikan pemahaman secara utuh. Karena mereka (mahasiswa) itu adalah kontributor bagi bangsa baik secara knowledge, skill maupun secara wawasan kebangsaan,” kata dia.
Selain itu, monitoring juga perlu dilakukan oleh pihak kampus terkait apa yang dilakukan mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus. “Sehingga ada masukan misalnya pengambil keputusan yang betul-betul mendukung semua proses belajar mengajar di lingkungan ITB,” ujarnya.
Sementara Rektor ITB, Reini Wirahadikusumah, bertekad mencetak para lulusannya yang tidak hanya memiliki knowledge dan skill, namun mempunyai wawasan kebangsaan yang tinggi dalam membangun bangsa.
“Mahasiswa harus memiliki kemampuan kebangsaan yang sangat baik. Dan hal tersebut (wawasan kebangsaan) kami bukan ahlinya,” kata dia.
Oleh karena itu, ia mengaku sengaja mengundang Kepala BNPT untuk memberikan pembekalan kepada para mahasiswa agar memiliki rasa nasionalisme dan pengetahuan wawasan kebangsaan. Sehingga terhidar dari penyebaran paham radikal terorisme.
“Tetapi ada isu lain yang sangat spesifik, yaitu kita ingin juga berkontribusi mereduksi masalah bangsa tersebut yang terkait dengan radikalisme. Untuk itu kami mengundang yang ahli di bidangnya yakni BNPT,” ujarnya.