PALANGKARAYA – Musim penerimaan mahasiswa baru telah berjalan. Penting bagi civitas akademika untuk mewaspadai adanya potensi paham intoleransi dan radikalisme yang mudah menyusup dan menginfiltrasi mahasiswa dengan bungkus berbagai aktifitas di kampus. Karenanya, perlu pencegahan dengan meningkatkan wawasan kebangsaan, kesiapsiagaan, dan kewaspadaan sejak dini bagi mahasiswa baru.
Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangkaraya, Khairil Anwar, mengatakan di IAIN Palangkaraya ada masa orientasi bagi mahasiswa baru (Maba) yang disebut dengan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK).
“Dalam PBAK, pihak kampus akan menyampaikan agar para Maba mewaspadai paham intoleransi dan radikalisme disekitarnya,” katanya di Palangkaraya, Sabtu (26/9/2020).
”Jadi kita sampaikan ada berbagai macam aliran dan pemahaman yang beragam di indonesia. Sejak zaman Ali bin Abi Thalib sudah muncul suatu paham yang cenderung beraliran ekstrem kanan yakni Khawarij,” Khairil menambahkan.
Menurut Khairil, penting untuk disampaikan kepada mahasiswa bahwa kelompok-kelompok ini cenderung ekstrim sampai membunuh Ali bin Abi Thalib. Dimana yang membunuh adalah bagian dari kelompok khawarij.
”Jadi perhatian bagi para mahasiswa agar jangan sampai terpengaruh kelompok-kelompok yang ekstrim kanan seperti itu. Termasuk juga kita sampaikan tentang radikalisme yang cenderung pola pikirnya itu tekstualis,” ujar dia.
Kelompok tersebut, lanjut Khairil, mempunyai pola berpikir seperti kacamata kuda dalam memahami ajaran Islam atau memahami agama. Dimana mereka mengklaim paling benar, sementara yang lain salah.
”Jadi mereka tidak bisa menerima perbedaan, akhirnya menjadi intoleran. Intoleran itu yang bisa membawa kepada terorisme, mengkafirkan orang, dan sebagainya itu,” kata Khairil.
Ia menambahkan, saat ini di dalam dunia Islam, kelompok khawarij sudah tidak ada lagi strukturnya, tapi pola-pola berpikirnya masih ada. Contoh ISIS, dimana termasuk orang-orang yang cenderung mengkafirkan orang dan menyatakan yang lain salah.
Di Indonesia, kata Khairil, telah disepakati dasar negara adalah Pancasila. Karena itu, harus mengikuti hasil kesepakatan founding fathers tersebut.
”Sekarang ada kelompok cenderung menyalahkan Pancasila. Nah kelompok-kelompok inilah yang harus kita waspadai, agar jangan sampai masuk ke kampus. Ini waning kita kepada mahasiswa,” katanya.
Selain kelompok ekstrem kanan, ada juga kelompok ekstrem kiri yang juga perlu diwaspadai. Karenanya, patut diwaspadai pula. Oleh sebab itu, ia mengajak mahasiswa untuk berada di tengah, yakni ahlu sunnah wal jamaah.
”Jadi yang ektrim kiri, ektrim kanan itu harus kita ajak ke tengah. Nah ini yang kita minta kepada mahasiswa. Islam yang moderat, Islam yang washatiyah selain penguatan tentang kebangsaan Pancasila,” ujar dia.