SLEMAN – Saat ini memang sulit untuk menghindari banjirnya informasi khususnya di dunia maya. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah mengelola informasi dari dalam diri sendiri. Disamping masyarakat harus dibiasakan berpikir kritis, sehingga tidak asal menerima informasi yang masuk.
Demikian dikatakan Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau lebih dikenal Alissa Wahid, di Jakarta, Selasa (19/1/2021).
”Istilahnya, vaksinasi terhadap banjir informasi, karena dari banjir informasi itu ada informasi yang baik dan ada yang tidak. Nah hoax masuk dalam informasi yang tidak baik. Karena itu, harus dilakukan dengan vaksin di dalam tubuh,” ujarnya.
Ia mencontohkan, terorisme ektrimisme yang di dalamnya mengajak seseorang melakukan hal-hal yang mengandung kebencian, maka perlu divaksinasi agar mudah menangkal hal negatif tersebut.
“Perlu melihat, dalam agama kita mengajarkan kebencian apa tidak ya ? kan tidak. Berarti itu informasi yang tidak benar. Itu vaksin yang pertama,” kata dia.
Lalu vaksin yang kedua, menurut Alissa, mencari guru agama, terutama yang mumpuni. Sehingga tidak sembarang mencari guru apalagi sampai belajar ilmu agama dari internet yang tak jelas sumbernya.
“Kita harus memastikan bahwa guru agama tersebut adalah orang yang memiliki ilmu yang cukup tinggi dan diakui. Kemudian jika terkait dengan ideologi negara, maka informasi itu kita ukur juga,” katanya.
”Kita cek apakah ideologi tersebut sesuai dengan Pancasila atau tidak? Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 atau tidak ? Kalau tidak sesuai berarti kita tolak. Itu vaksi yang kedua. Lalu vaksin yang ketiga itu adalah apakah informasi ini selaras dengan apa yang digariskan oleh pemerintah,” Alissa menambahkan.
Ia meminta agar kelompok yang menyebarkan kebencian dan hasutan segera ditindak. Karena itu, pemerintah harus berperan menghentikan kelompok-kelompok tersebut.
”Pemerintah perlu untuk bekerjasama dengan kelompok-kelompok strategis dalam masyarakat supaya kelompok strategis ini bisa menjalankan perannya dan bersinergi dengan pemerintah. Misalnya media massa, bagaimana agar mereka ini juga ikut menjaga agar hoaks tidak semakin menyebar,” ujar dia.
Selain itu, peran pemerintah memfasilitasi kelompok-kelompok agama, agar bisa melakukan penyuluhan pendidikan kepada umatnya masing-masing.
“Jadi tugas pemerintah itu mengkonsolidasikan, kemudian juga memfasilitasi,” ujarnya.
Untuk menangkal tersebut, pihaknya di jaringan Gusdurian ikut menyediakan ruang perjumpaan antar warga dengan membawa semangat damai dan kerjasama. Dimana menurutnya teman-teman dari berbagai kelompok suku, agama, ras apapun itu semua bisa berbaur disitu.
”Kami di jaringan Gusdurian juga dalam setahun melakukan 25 kali untuk pelatihan media sosial terhadap teman-teman di tingkat komunitas. Supaya teman-teman ini dan para pemuka agama ,tokoh masyarakat di tingkat lokal itu mau hadir di komunitas. Kemudian kami juga melakukan kampanye di media sosial baik oleh jaringan gusdurian di tingkat pusat sampai di tingkat lapangan,” ujar dia.