GARDANASIONAL, JAKARTA – Kewaspadaan akan bahaya terorisme, pembajakan, dan pelanggaran wilayah perbatasan menjadi perhatian bersama. Sehingga upaya penanganannya tidak dapat dilaksankan secara sendiri, perlu sinergi antar penegak hukum di laut.
Demikian dikatakan Kasubdit Perencanaan dan Evaluasi Operasi Laut, Kolonel Bakamla Asep Budiman, saat memberikan pengarahan pelaksanaan gladi studi kasus bagi peserta briefing dan gladi posko keamanan dan keselamatan laut, di Jakarta, Kamis (7/11/2019).
Pelaksanaan studi kasus ini, para peserta dibagi menjadi dua kelompok. Dengan skenario mengerjakan kasus situasi laut Natuna Utara yang diketahui terdapat satu kapal pengawas perikanan Vietnam berpatroli digaris batas landas kontinen.
“Diduga ada satu kapal ikan asing membawa narkoba yang ditransfer dari kapal kargo yang melintas dan pada saat yang sama terdapat satu KRI, Kapal Negara (KN), satu KP beroperasi di wilayah tersebut,” ujar Asep.
Kemudian, kelompok dua mengerjakan kasus situasi laut Sulawesi, yang diketahui terdapat kapal kargo berbendera Panama MV. Global Ambision yang dibajak oleh kelompok bersenjata di laut Sulu.
“Kapal tersebut terdeteksi berada di laut Sulawesi dengan kecepatan 12 knots,” katanya.
Dari informasi interpol, kelompok tersebut membawa senjata dan hendak diselundupkan ke Sulteng melalui Tinakareng di Sulut. Senjata tersebut akan digunakan kelompok teroris di Sulteng untuk melaksanakan aksinya.
Pada saat yang sama terdapat satu KRI dan KN Bakamla sedang beroperasi di wilayah tersebut untuk Patkor Indomalphi. Sedangkan dua KRI, satu KN, dua KP Polisi, dan satu BC berada di pangkalan masing-masing. Terdapat juga satu Patmar TNI AL standby di Lanudal Manado.
“Dua kelompok diminta untuk memaparkan hasil diskusinya,” ujar Asep.
Ia berharap pelaksanaan latihan gladi studi kasus dapat dipedomani dan dijadikan acuan, sehingga dapat menciptakan kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi situasi yang sebenarnya dilapangan.