Kepala BNPT: Alumni Pesantren dapat Menebar Narasi Lawan Intoleransi dan Radikalisme

Nasional642 Dilihat

SEMARANG – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus gencar melakukan perlawanan terhadap intoleransi dan radikalisme di Indonesia. Salah satunya yakni dengan menggandeng alumni Pondok Pesantren (Ponpes), sebab dinilai menjadi garda terdepan memahami agama dengan konteks mendalam.

Hal tersebut dikatakan Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar, saat menjadi narasumber pada acara Halaqah Kebangsaan sekaligus Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Ittihadul Mutakhorrijin Al Falah Ploso (IMAP / Ikatan Alumni Ponpes Al-Falah Ploso, Kediri) wilayah Jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng-DIY) di Hotel Griya Persada, Bandungan, Kabupaten Semarang, Senin (17/10/2020).

“Alumni pesantren dapat menebarkan narasi yang bagus untuk melawan narasi-narasi intoleran dan radikal terorisme,” ujarnya.

Dalam pandangan BNPT, kata Boy, momen Halaqah Kebangsaan ini sebagai sarana untuk membangun semangat dalam melakukan perlawanan terhadap segala bentuk narasi intoleransi oleh mereka yang memiliki pemahaman ideologi terorisme yang tidak sejalan dengan jati diri bangsa.

Dengan berbagai karakter keislaman dan aliran yang ada di Indonesia saat ini, maka perlu adanya narasi keagamaan yang sesuai karakter Ahlussunah Wal Jamaah. Sehingga santri ataupun masyarakat tidak mudah dipropaganda oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab yang menginginkan kehancuran lewat radikalisme.

“Adanya prinsip Hubbul Wathan Minal Iman juga bisa membuat Indonesia tetap bersatu dengan keberagaman yang banyak ini,” katanya.

Lebih lanjut Kepala BNPT berpadangan, dengan adanya IMAP sebagai alumni santri, tentunya memiliki pengalaman yang lain dan lebih dari para santri yang sampai hari ini masih berada di dalam lembaga Pendidikan.

Radikalisme dan intoleransi telah dikondisikan secara sistematis dan terstruktur. Oleh karenanya, perlu konsolidasi agar nilai-nilai yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia tidak bisa memporak-porandakan NKRI.

“Tentunya ini menjadi sebuah hal yang harus diwaspadai agar tidak mudah di propaganda dengan nilai yang tidak sesuai jati diri Indonesia. Namun kita sampai hari ini harus bersyukur karena Indonesia memiliki daya tahan yang baik dalam mengahadapi berbagai rintangan hingga krisis,” ujar dia.

Menjelang peringatan hari santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober mendatang, dirinya berharap dan mendorong peringatan tersebut menjadi sebuah momentum untuk terus semakin meningkatkan kesejahteraan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang nyata-nyata eksis di dalam masyarakat.

“Agar semangat untuk terus meningkatkan kesejahteraan, menurut hemat kami perlu dilakukan langkah-langkah komunikasi dengan berbagai pihak, baik dengan pemerintah dan juga kalangan dunia usaha yang memiliki kepedulian,” katanya.

Karena hal tersebut menurut Kepala BNPT, bisa menjadi sebuah modal dan kolaborasi yang bisa menjadikan peningkatan peran pesantren sebagai lembaga pendidikan yang ikut mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia, yang salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sementara Ketua Panitia Penyelenggara Halaqah Kebangsaan IMAP Jateng-DIY, KH. Shohibul Ulum Nafi’a, sangat mengapresiasi atas adanya Halaqah Kebangsaan. Pihaknya siap untuk bersinergi dengan BNPT dalam rangka melawan ideologi radikalisme.

“Perlu sekali menambah wawasan pengetahuan terkait dengan masalah penanggulangan (radikalisme dan terorisme). Kadang kita belajar dari pondok, tahu betul tentang kaitan pendidikan agama, namun masih kurang akses membantu terkait pencegahan,” kata dia

“Makanya lewat BNPT ini kami berharap untuk bisa memberikan akses yang sifatnya kita berkolaborasi, sinergi, saling membantu untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik,” lanjut Boy.

Disisi lain, ia berpesan kepada santri-santri yang saat ini sedang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren untuk senantiasa memahami arti jihad. Menurutnya, jihad tidak harus berperang, melainkan mendalami ilmu pengetahuan sudah termasuk jihad.

“Banyak generasi sekarang ikut paham yang tidak jelas dengan label jihad, demi kedamaian negara tapi tak memberi rasa aman. Karena bagaimanapun ketika negara ini aman kita bisa melakukan apapun dengan aman,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar