MATARAM – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) serta Duta Damai, melaksanakan pelatihan guru yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan satuan pendidikan terhadap radikalisme, kekerasan, dan bullying. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Sekolah Damai yang diadakan di SMAN 5 Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (9/10/2024).
Direktur Pencegahan BNPT, Prof. Irfan Idris, menekankan betapa pentingnya peran guru dalam menyebarkan narasi damai di kalangan siswa. “Guru adalah garda terdepan dalam melawan intoleransi dan kekerasan di lingkungan pendidikan,” ujarnya saat memberikan sambutan.
Menurut Prof. Irfan, tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah penyebaran ekstremisme melalui media sosial. “Anak-anak sering terpapar paham radikal dari konten yang tidak terkontrol,” ungkapnya. Untuk itu, BNPT menggagas program rekrutmen anak muda melalui Duta Damai, yang siap menyebarkan konten positif di dunia maya.
Baca Juga: Festival Youth of Indonesia: Upaya BNPT Cegah Radikalisme di Papua Barat
Dengan adanya Duta Damai di 19 provinsi, anak muda yang terlatih diharapkan dapat menyasar kelompok rentan, seperti perempuan dan remaja. “Mereka lebih memahami dinamika media sosial sehingga lebih efektif dalam melawan narasi radikal,” tambahnya.
Prof. Irfan juga menyoroti tiga fokus utama yang perlu diperhatikan guru dan masyarakat dalam menghadapi radikalisme: penolakan terhadap NKRI, pendanaan untuk terorisme, dan perlindungan bagi kelompok rentan. “Memperkuat narasi damai di sekolah sangat krusial dalam membentengi masyarakat dari pengaruh radikal,” tegasnya.
Di sesi pelatihan, Prof. Irfan menekankan pentingnya pemahaman terhadap akar masalah radikalisme. “Jangan sampai kita menyalahkan satu suku atau agama. Terorisme adalah kejahatan luar biasa yang memerlukan penanganan serius,” jelasnya.
Ia berharap agar para guru dapat menyampaikan pengetahuan yang didapat kepada siswa melalui berbagai metode pembelajaran. “Bapak dan Ibu guru, penting untuk mengintegrasikan materi ini dalam pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler,” imbuhnya.
Baca Lagi: Dakwah dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika: Membangun Kerukunan dan Toleransi di Indonesia
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB, Aidy Furqan, memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini. “Peran guru dalam menjaga integritas NKRI sangat vital,” ujar Aidy.
Ia menambahkan bahwa tiga terminologi penting yang harus diperhatikan oleh guru adalah intoleransi, bullying, dan kekerasan. “Kita harus mengajarkan anak-anak untuk menghargai perbedaan sejak dini,” tegasnya.
Aidy berharap, pelatihan ini dapat memberikan bekal kepada para guru untuk menangkal intoleransi dan kekerasan di sekolah. “Dengan pengetahuan ini, diharapkan para guru lebih siap dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan damai,” pungkasnya.
Pelatihan Sekolah Damai di SMAN 5 Mataram juga dihadiri oleh berbagai narasumber, termasuk staf ahli BNPT dan mantan narapidana teroris, yang berbagi pengalaman berharga dalam upaya melawan radikalisme.
Dengan pelatihan ini, BNPT dan Dinas Pendidikan NTB berkomitmen untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari pengaruh radikal, sehingga siswa dapat tumbuh dalam suasana yang damai dan toleran.
5 komentar