JAKARTA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat keputusan yang penuh kontroversi dengan memecat Menteri Pertahanan, Yoav Gallant. Langkah ini menimbulkan kemarahan dan protes dari ribuan warga Israel yang merasa tidak puas dengan tindakan pemerintah di tengah situasi perang melawan Hamas di Gaza.
Pemecatan Gallant terjadi di tengah konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas, yang semakin memanas setelah serangan brutal yang dilakukan oleh kelompok militan Palestina pada 7 Oktober 2023.
Sejak saat itu, Netanyahu dan Gallant sering berselisih mengenai strategi militer yang digunakan Israel untuk merespons agresi dari Hamas.
Baca Juga: Menghadapi Tiga Dosa Besar: Sekolah Damai sebagai Solusi Pendidikan di Indonesia
Di satu sisi, Gallant dikenal sebagai tokoh garis keras yang mendukung tindakan militer; di sisi lain, Netanyahu merasa hubungan kepercayaan antara mereka mulai retak.
Dalam pernyataannya yang dikutip dari AFP, Kamis (7/11/2024), Netanyahu menyebutkan, “Di tengah perang, lebih dari sebelumnya, kepercayaan penuh antara perdana menteri dan menteri pertahanan dibutuhkan.” Ini menunjukkan betapa pentingnya sinergi antara dua jabatan tersebut dalam menghadapi ancaman yang ada.
Alasan Pemecatan Gallant
Keputusan Netanyahu untuk memecat Gallant dilatarbelakangi oleh adanya ketidakpuasan terhadap kinerja Menteri Pertahanan tersebut.
Meski diakui bahwa Gallant memiliki kontribusi signifikan di awal kampanye, Netanyahu mengungkapkan bahwa kepercayaan dirinya terhadap Gallant telah menurun selama beberapa bulan terakhir.
Ucapan Netanyahu ini menyoroti adanya ketegangan dan perbedaan pandangan yang mendasar mengenai strategi militer yang harus ditempuh.
Setelah pemecatan tersebut, Netanyahu menunjuk Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen, sebagai pengganti Gallant. Eli Cohen berjanji untuk membawa kemenangan dalam perang melawan Hamas dan Hizbullah, serta berusaha memulangkan para sandera yang masih ditahan di Gaza.
Reaksi Publik dan Protes
Pemecatan Gallant tidak hanya menjadi berita besar di kalangan politik Israel, tetapi juga memicu reaksi keras dari masyarakat.
Ribuan warga Israel turun ke jalan-jalan Tel Aviv sebagai bentuk protes terhadap keputusan Netanyahu. Mereka menuntut pemerintah untuk segera memulangkan para sandera yang masih berada di Jalur Gaza.
Dalam aksinya, para demonstran membawa spanduk dengan berbagai tulisan, seperti “Bawa mereka pulang sekarang!” dan “Kami berhak mendapatkan pemimpin yang lebih baik.”
Aksi tersebut tidak hanya terbatas pada demonstrasi damai, tetapi juga melibatkan tindakan yang lebih ekstrem seperti memblokir jalan dan pembakaran di tengah jalan.
Salah satu momen yang menarik perhatian adalah ketika seorang demonstran mengenakan borgol dan masker wajah yang mirip dengan Netanyahu, simbol penolakan terhadap kepemimpinan yang dianggap tidak efektif dalam menangani situasi krisis.
Protes ini tidak hanya menunjukkan ketidakpuasan terhadap tindakan Netanyahu, tetapi juga mencerminkan kekhawatiran masyarakat akan keamanan negara di tengah konflik yang berkepanjangan.
2 komentar