JAKARTA – Pada 22 Desember 2024, PSM Makassar dihadapkan pada situasi yang menyedihkan dalam pertandingan melawan Barito Putera. Meskipun menang 3-2, mereka dihukum kalah WO 3-0 oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI karena insiden kontroversial yang melibatkan kehadiran 12 pemain di lapangan.
Isu ini berawal ketika PSM mengganti tiga pemain sekaligus pada menit terakhir pertandingan. Namun, satu pemain tidak meninggalkan lapangan, menyebabkan tim tampil dengan jumlah pemain yang lebih dari seharusnya selama 44 detik. Kejadian ini diakui sebagai kelemahan oleh wasit dan perangkat pertandingan, namun Komdis PSSI tetap menjatuhkan sanksi berat kepada PSM.
Manajemen PSM, dipimpin oleh Muhammad Nur Fajrin, tidak menerima keputusan tersebut. Mereka merasa pasal yang digunakan dalam sanksi, yaitu Pasal 56 ayat 1 angka VI, mengenai “melebihi ketentuan pergantian pemain”, keliru. Fajrin menegaskan bahwa pergantian yang dilakukan sudah sesuai dengan aturan yang ada.
Sejak pengajuan banding yang dilakukan pada 30 Desember 2024, PSM menanti keputusan Komite Banding PSSI. Berita terbaru menunjukkan bahwa banding tersebut dikabulkan, dan posisi PSM kembali dipulihkan dengan tiga poin yang diperoleh dari pertandingan melawan Barito Putera. Hal ini memindahkan PSM dari peringkat 11 ke peringkat 8 klasemen Liga 1 2024/25, dengan total 27 poin.
Baca Juga: Isu Keamanan Anak di Sosial Media: Pandangan Orang Tua tentang Potensi Larangan TikTok di AS
Dalam konferensi pers, pelatih PSM, Bernardo Tavares, juga menyoroti ketidakadilan yang terjadi akibat keputusan tersebut.
“Meskipun ada kesalahan dari perangkat pertandingan, kami tetap merasa berhak atas kemenangan kami,” ujarnya dikutip dari laman Tribun News, Rabu (8/1/2025).
Tanggapan dari penilai wasit Mochamad Musyafak menambahkan, insiden tersebut adalah akibat dari kelalaian wasit keempat yang tidak memantau situasi di lapangan dengan baik. Ini menjadi peringatan bagi semua pihak terkait untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas.
Kejadian ini mencuri perhatian publik dan media, baik di Indonesia maupun internasional. Banyak yang menganggap keputusan sanksi ini sebagai contoh buruk dalam manajemen liga. Hal ini juga mengundang reaksi dari berbagai pihak, termasuk penggemar dan analis sepak bola, yang menuntut kejelasan lebih lanjut dalam regulasi PSSI.
Dengan keputusan banding yang menguntungkan PSM Makassar, diharapkan hal ini dapat menjadi momentum positif untuk kedepannya. PSM kini bisa fokus pada pertandingan selanjutnya dengan mental yang lebih baik dan bertujuan untuk memperbaiki performa mereka di liga.
Keberhasilan PSM Makassar dalam membatalkan sanksi ini menjadi simbol perjuangan klub dalam menghadapi ketidakadilan di dunia sepak bola. Ini adalah langkah penting tidak hanya bagi klub, tetapi juga bagi integritas kompetisi sepak bola di Indonesia yang harus terus diperbaiki.