TNI Luruskan Isu Penangkapan Anggota BAIS saat Demonstrasi

Kabar Mabes, Nasional548 Dilihat

JAKARTA  – Kabar mengenai seorang anggota Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Mayor SS yang ditangkap saat demonstrasi pada 28 Agustus 2025 lalu sontak menjadi viral.

Spekulasi beredar luas di media sosial, menuduh sang anggota, Mayor SS, sebagai provokator. Namun, kabar tersebut langsung diluruskan oleh Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigjen TNI (Marinir) Freddy Ardianzah, pada Jumat (5/9/2025).

Dalam konferensi pers di Puspen TNI, Jakarta Pusat, Brigjen Freddy dengan tegas membantah isu tersebut.

Ia menjelaskan, Mayor SS sama sekali tidak ditangkap. Kehadirannya di tengah massa adalah bagian dari tugas negara untuk melakukan pemantauan dan pengumpulan data.

Baca Juga: Lima Anggota DPR RI Dinonaktif Usai Kontroversi Demo, Berikut Namanya

“Jadi tugasnya murni tugas negara untuk memantau, karena pengumpulan data itu dibutuhkan oleh pimpinan. Dari data itulah pimpinan bisa menentukan langkah, misalnya memperkuat di daerah A atau di daerah B. Bagaimana kalau kita tidak tahu situasi di situ,” kata Freddy.

Pernyataan ini sejalan dengan fungsi utama lembaga intelijen di berbagai negara. Menurut laporan dari International Crisis Group, peran intelijen dalam mengumpulkan data di lapangan sangat krusial untuk analisis risiko dan pengambilan keputusan strategis oleh pemerintah dan militer.

Kronologi Kejadian: Salah Paham di Area Demo

Freddy menceritakan kronologi yang sebenarnya terjadi. Ia menegaskan, Mayor SS tidak berniat bergabung dengan demonstran.

Pada saat kejadian, ia sedang dalam perjalanan menjalankan tugas, namun tiba-tiba terjebak dalam kerumunan massa yang bergerak cepat.

“Karena situasi yang tidak terduga, ia ikut terbawa arus kerumunan hingga akhirnya duduk di atas motornya di dekat sebuah pom bensin di kawasan Mabes Polri,” jelas Freddy.

Keberadaannya yang mencolok menarik perhatian anggota Brimob. Tanpa bermaksud menuduh, anggota Brimob mendekatinya dan membawanya ke mobil rantis untuk pemeriksaan singkat.

Freddy menekankan, tidak ada proses penangkapan. Mayor SS hanya diminta menunjukkan kartu identitas dan difoto sebagai bagian dari prosedur keamanan. Setelah itu, ia langsung dilepaskan.

“Mayor SS hanya menjalankan perintah tugas dan tidak melakukan tindakan di luar kapasitasnya sebagai aparat negara,” kata Freddy.

Kejadian ini menunjukkan betapa sensitifnya situasi di lapangan, di mana kesalahpahaman bisa dengan cepat memicu narasi yang tidak benar.

Kapuspen TNI, Brigjen Freddy Ardianzah, mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam menyaring informasi dan tidak mudah terprovokasi.

“Tugas intelijen adalah memantau situasi. Itu bagian dari fungsi negara dalam menjaga stabilitas,” katanya.

Peran Krusial Intelijen dalam Menjaga Stabilitas dan Keamanan

Tugas intelijen, seperti yang diemban BAIS, adalah memantau situasi untuk menjaga stabilitas dan keamanan nasional.

Kehadiran intelijen di titik-titik yang berpotensi menjadi rawan konflik adalah hal yang lumrah dan esensial.

Mereka bertindak sebagai mata dan telinga negara, mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk mencegah insiden yang lebih besar.

Menurut buku Intelligence: From Secrets to Policy karya Mark M. Lowenthal, fungsi intelijen tidak hanya terbatas pada pengumpulan informasi, tetapi juga pada analisis dan diseminasi informasi tersebut kepada para pengambil keputusan.

Tanpa data yang akurat dari lapangan, sebuah negara akan kesulitan dalam merumuskan kebijakan yang tepat untuk meredam potensi ancaman.

Misalnya, di banyak negara maju, aparat intelijen kerap dikerahkan ke lokasi unjuk rasa damai untuk memantau potensi penyusupan oknum yang dapat memicu kekerasan atau kerusuhan. Kehadiran mereka bersifat preventif, bukan provokatif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar