JAKARTA – Di tengah situasi yang relatif tenang terkait serangan terorisme di Indonesia pada tahun 2023, anggota Komisi XIII DPR RI dari Fraksi NasDem, Muslim Ayub, mengingatkan bahwa keberhasilan tersebut tidak boleh membuat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berpuas diri. Terlebih lagi, berbagai indikasi radikalisasi masih tetap ada, terutama di beberapa daerah seperti Aceh dan Jawa Timur.
Muslim Ayub, yang juga merupakan legislator dari Aceh, menekankan bahwa meskipun tidak ada serangan teror yang mencolok, bibit-bibit terorisme masih tumbuh subur di beberapa daerah.
Dia mencatat bahwa radikalisasi dan re-radikalisasi masih menjadi masalah yang signifikan, terutama di Aceh, yang dikenal sebagai Serambi Mekkah.
Baca Juga: Membangun Sekolah Damai: Upaya BNPT RI Mengatasi Intoleransi dan Perundungan di Aceh
Ia juga mengingatkan bahwa ancaman tidak hanya terjadi di Aceh, tetapi juga di Jawa Timur. Kasus seorang pemuda berusia 19 tahun yang hampir terlibat dalam rencana peledakan di Batu, Jawa Timur, adalah contoh nyata dari bahaya ini.
Pentingnya Evaluasi Berkala oleh BNPT
Muslim Ayub mengharapkan BNPT untuk selalu melakukan evaluasi dan introspeksi kinerja secara berkala. Hal ini penting untuk memastikan bahwa lembaga tersebut dapat beradaptasi dengan dinamika ancaman terorisme yang terus berubah.
“Kita harus mawas diri dan tidak menganggap remeh situasi yang ada,” ujarnya dikutip dari laman cnnindonesia.com, Kamis (31/10/2024).
Salah satu poin penting yang diangkat oleh Muslim adalah alokasi anggaran untuk BNPT yang dinilai sangat kecil. Dengan anggaran hanya sebesar Rp400 miliar, Muslim merasa bahwa BNPT tidak mendapatkan dukungan yang memadai dibandingkan dengan lembaga lain seperti Densus 88, yang mendapat anggaran Rp1,5 triliun, dan Badan Narkotika Nasional (BNN) yang juga hampir mendapatkan jumlah yang sama.
Muslim berharap agar alokasi anggaran BNPT dapat ditingkatkan untuk menunjang kerja lembaga dalam mencegah terorisme secara maksimal.
Membangun Kolaborasi Antarlembaga
Dalam konteks memperkuat pertahanan terhadap terorisme, penting untuk membangun kolaborasi antara BNPT, Densus 88, BNN, dan Badan Intelijen Negara (BIN).
Kerjasama lintas lembaga ini dapat memperkuat jaringan intelijen dan mempercepat penyebaran informasi terkait potensi ancaman. Contoh kolaborasi ini bisa terlihat dalam operasi gabungan yang dilakukan oleh Densus 88 dan BNPT dalam mengungkap jaringan teroris yang beroperasi di berbagai daerah.
Pendidikan juga memainkan peran penting dalam pencegahan terorisme. Muslim Ayub menginginkan agar BNPT lebih aktif dalam melakukan sosialisasi tentang bahaya radikalisasi kepada masyarakat.
Program-program pendidikan anti-radikalisasi di sekolah-sekolah dan komunitas bisa menjadi langkah strategis untuk mencegah generasi muda terpengaruh oleh ideologi ekstrem.