Atasi Kesulitan Bangsa, Akademisi: Masyarakat Harus Berikan Kontribusi

Nasional4 Dilihat

PALU – Kesulitan di tengah pandemi Covid-19 tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi negara-negara lain di seluruh dunia. Oleh karenanya, sebagai masyarakat harus memberi kontribusi kepada bangsa yang membutuhkan energi menyatukan semua elemen.

Hal itu dikatakan Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Sulawesi Tengah (FKPT Sulteng),  Muhammad Nur Sangadji, di Palu, Kamis (29/7/2021).

”Jangan sampai ketika bangsa ini sedang membutuhkan energi bersama dan partisipasi dari seluruh stakeholder, kita malah terpecah oleh masuknya ajakan-ajakan yang membuat kita menjadi lemah,” ujarnya.

Menurutnya, dibutuh kontra narasi berkaitan dengan community awareness, sehingga menyadarkan seluruh masyarakat arti penting dari persatuan tersebut. Sebab, seluruh eleman memegang peranan penting untuk memberikan community awareness, misal, pendidikan. Kemudian, lembaga pendidikan informal yaitu di rumah tangga, keluarga dan non formal di masyarakat. 

“Itu harus bersinergi bersama-sama untuk membentuk karakter Indonesia yang kuat,” kata dia.

 Selain itu, pemerintah juga harus turun tangan membangun rasa percaya diri masyarakat, sehingga apa yang diucapkan oleh pemerintah  bisa diikuti masyarakat.

”Ada satu sisi yang paling ditakuti pemerintah seluruh dunia, yaitu civil disobediences. Itu adalah suatu keadaan dimana pun atau apa pun yang dikatakan pemerintah tidak didengar oleh masyarakat,” katanya.

Oleh kebab itu, untuk mencegah hal tersebut, maka masyarakat harus dibangun kapasitas dan kesadaran tentang kehidupan berbangsa dan bertanah air.

Ia pun mengaku telah membangun kesadaran itu di kalangan mahasiswanya, yakni dengan memberikan materi penguatan wawasan kebangsaan. 

Disamping itu, dirinya juga memberikan pengajaran bahasa asing yakni Inggris dan Prancis, yang mana dilakukan secara gratis. 

Baginya, jika anak-anak muda mendapatkan keterampilan, life skill, maka ajakan-ajakan dan narasi-narasi seperti radikalisme dan anarkisme ataupun upaya untuk melakukan pembangkangan terhadap kebijakan yang dibuat oleh negara, maka itu dapat terhindar secara otomatis.

“Sudah hampir 10 tahun ini saya melakukannya secara gratis kepada anak-anak muda kita. Karena ketika mereka menganggur dan tidak ada kegiatan, mereka sangat rentan terprovokasi,” ujar dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *