JAKARTA – Banyak kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang kini menduduki jabatan penting di pemerintahan. Bukan hanya pada pemerintahan saat ini, tetapi diperiode sebelumnya. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya keberadaan HMI sebagai kawah candradimuka tokoh bangsa selama 75 tahun.
Demikian diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memperingati Dies Natalis Ke-75 melalui pesan video, Sabtu (5/2).
Menurut dia, lembaga yang diprakarsai Lafran Pane itu telah menunjukkan banyak kiprah dalam membantu pembangunan Indonesia melalui kadernya. Pada usia yang ke-75 tahun ini, Airlangga berharap HMI selalu menjadi lidah rakyat yang memperjuangkan kesejahteraan.
“Milad berusia 75 tahun, HMI telah menjadi organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia. Setiap kadernya diandalkan untuk mengisi posisi strategis di pemerintahan untuk pembangunan Indonesia,” katanya.
“Banyak tokoh bangsa lahir dari tempaan HMI, menjadi kritis, solutif, dan bermanfaat untuk sesamanya. Pemikiran-pemikiran tokoh HMI selalu ditunggu untuk menemukan solusi persoalan bangsa demi kemajuan Indonesia,” lanjut dia.
Dies Natalis ke-75 menjadi momentum pengingat bagi masyarakat atas keberadaan HMI dan pentingnya proses pendidikan di organisasi mahasiswa Islam bagi bangsa Indonesia.
“Terutama yang menjadi harapan adalah kader HMI ikut berperan menjaga masyarakat kita aman dari pandemi COVID-19. Dari penularan sampai dampaknya. Semoga HMI semakin berjaya, maju, dan sejahtera bersama masyarakat Indonesia,” kata dia.
Berdirinya HMI dan Keberainan Lafran Pane
Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi mahasiswa yang di himpun oleh mahasiswa beragama islam. Didirikan oleh Lafran Pane (mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) Yogyakarta) dan rekannya pada 5 februari 1947.
Sebelum terbentuk, terlebih dulu berdiri organisasi kemahasiswaan bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946, beranggotakan mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI), dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra.
Karena PMY dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahasiswa, teruatama aspirasi keagamaan, sehingga membuat Lafran bersama teman-temannya mendirikan organisasi.
Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di Ibu kota Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah yang dipelopori Partai Sosialis pimpinan Syahrir – Amir Syarifuddin dan pihak oposisi dipelopori Masyumi pimpinan Soekiman – Wali Al-Fatah, PNI pimpinan Ki Sarmidi Mangunsarkoro – Suyono Hadinoto, serta Tan Malaka.
Polarisasi itu membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka adalah pengurus PMY berorientasi kepada Partai Sosialis. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealisme tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis hendak mendominir PMY.
Dengan suasana yang sangat kritis, dimana Belanda semakin memperkuatkan diri dan terus-menerus mendatangkan bala bantuan, disertai peristiwa Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947, membuat para mahasiswa berideologi murni tetap bersatu menghadapi Belanda.
Atas alasan itu, Lafran Pane, melakukan pertemuan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa bernapaskan Islam.
Setelah mendapatkan cukup dukungan, pada bulan November 1946, mereka mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta membicarakan maksud tersebut, namun tidak menghasilkan kesepakatan.
Namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan pertemuan mendadak. Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam, Lafran berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan “Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres”.
Tujuan HMI saat itu yakni mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam, mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam.