“Karena bulan Ramadan ini sejatinya merupakan media bagi penggodok diri bagi umat manusia untuk meleburkan akhlak buruk dalam dirinya”
JAKARTA – Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Ali M. Abdillah, mengatakan bulan Ramadhan merupakan media atau momentum, guna menggodok’ diri manusia menjadi pribadi yang lebih bertakwa dan beriman kepada Allah SWT.
“Karena bulan Ramadan ini sejatinya merupakan media bagi penggodok diri bagi umat manusia untuk meleburkan akhlak buruk dalam dirinya,” ujarnya di Jakarta, Kamis (28/4).
Akhlak buruk dalam diri manusia yang seringkali menjerumuskan adalah nafsu Al Ammarah bi suu’, yaitu nafsu yang membawa manusia kepada keburukan dan bersifat destruktif, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada sekelilingnya.
Termasuk juga sikap saling membenci dan saling memusuhi yang justru merusak kondusifitas perdamaian bangsa.
Oleh karena itu, momen Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk meluluhkan nafsu tersebut. Karena Al-Ammarah, membawa kepada sikap membenci kepada sesama.
Baca Juga: TNI AL Bersama PT Pelni Perkuat Kerja Sama Pengamanan dan Penertiban Selama Pelayaran
la menjelaskan, seringkali umat manusia tidak memahami esensi dari bulan Ramadhan yang dijalankannya selama satu bulan penuh. Sehingga puasa hanya dianggap sebagai aktifitas tanpa makan dan minum semata.
“Esensi dari puasa itu di antaranya, menahan nafsu, mengendalikan diri, dan melatih diri untuk menjadi pribadi yang bertaqwa, bahkan setelah Ramadhan usai,” kata dia.
Disamping itu, nikmat yang diberikan Allah SWT dengan zakat dan sedekah kepada sesama manusia yang membutuhkan bantuan.
“Karena zakat ini sangat banyak sekali maknanya. Salah satunya adalah mengikis penyakit bathil, agar kita tidak kikir,” kataya.
“Zakat juga senantiasa mengingatkan kita bahwa harta dan nikmat yang dimiliki adalah pemberian Allah,” lanjutnya.
Dengan berzakat dan menyisihkan sebagian harta yang dimiliki, maka sebagai umat muslim telah melatih diri untuk memupuk rasa persaudaraan dengan kepedulian terhadap masyarakat tidak mampu. Sehingga akan terjalin harmoni serta mengikis rasa kebencian antar sesama umat manusia.
“Karena ketaqwaan dan kesalehan seorang umat itu akan bisa dilihat dari bagaimana kita bisa berbuat baik dengan sesama hamba-Nya di muka bumi ini,” kata Kyai Ali mengakhiri.