Digitalisasi BNPT: Strategi Baru Hadapi Radikalisme Online

Nasional852 Dilihat

JAKARTA – Di balik layar ponsel dan algoritma media sosial, ada ancaman yang tak kasat mata namun nyata, yakni radikalisme digital.

Di tengah derasnya arus informasi, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Eddy Hartono menyuarakan harapan baru—bahwa teknologi bukan hanya alat komunikasi, tapi juga benteng pertahanan bangsa.

Di ruang Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XIII DPR RI yang sunyi namun sarat makna, ia menyampaikan pesan kemanusiaan, menjaga ruang digital adalah menjaga masa depan anak-anak.

Dalam era pascapandemi, aktivitas kelompok radikal di dunia maya meningkat tajam. BNPT mencatat bahwa propaganda, perekrutan, pelatihan, hingga pendanaan terorisme kini banyak dilakukan secara digital.

Baca Juga: Menguak Gunung Es Terorisme: Saat Aparatur Pemerintah Jadi Garda Terdepan

Eddy Hartono menegaskan, digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak untuk mempercepat pemantauan dan penindakan terhadap konten kekerasan dan radikal.

Eddy meminta dukungan untuk memperkuat infrastruktur teknologi BNPT. Wakil Ketua Komisi XIII, Dewi Asmara, menyambut baik usulan tersebut.

Menurut Dewi Asmara, meskipun BNPT telah bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI, kemandirian teknologi tetap penting agar BNPT dapat bertindak cepat dan efektif.

 

Tantangan di Era Siber: Radikalisme Tanpa Batas

Menurut BNPT, ancaman terorisme saat ini ibarat fenomena gunung es. Meski Indonesia tidak mengalami serangan teror selama tiga tahun terakhir, aktivitas di bawah permukaan—seperti propaganda dan rekrutmen online—masih berlangsung aktif.

Direktur Pembinaan Kemampuan BNPT, Brigjen Pol. Wawan Ridwan, menegaskan bahwa deteksi dini dan kewaspadaan aparatur pemerintah adalah kunci.

Seperti diketahui, BNPT menjalankan tiga strategi utama:

  • Kesiapsiagaan Nasional: Meningkatkan kapasitas aparatur dan masyarakat dalam mengenali ancaman.
  • Kontra-Radikalisasi: Menyebarkan narasi positif dan moderat di ruang digital.
  • Deradikalisasi: Rehabilitasi ideologi ekstrem melalui pendekatan psikologis dan sosial.

BNPT juga meluncurkan Warung NKRI Digital, sebuah platform edukatif yang menggabungkan teknologi dan nilai kebangsaan.

Strategi pentahelix yakni melibatkan pemerintah, media, akademisi, pengusaha, dan tokoh agama—diperkuat untuk menangkal infiltrasi ideologi ekstrem di dunia maya.

Oleh karena itu, digitalisasi bukan sekadar modernisasi, tapi bentuk perlindungan terhadap generasi mendatang.

Dengan sinergi antara BNPT, DPR, dan masyarakat, Indonesia melangkah menuju ruang digital yang lebih aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan ideologis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *