SEMARANG – Kejadian bentrokan yang memanas di tengah acara pengajian Safari Dakwah Habib Rizieq Shihab di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, menjadi perhatian serius aparat keamanan dan masyarakat.
Insiden ini terjadi pada malam hari, sekitar pukul 23.00 WIB, dan menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik yang meluas di tengah masyarakat yang sedang menghadiri acara keagamaan tersebut.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, di Semarang, Kamis (24/7/2025) mengatakan, kericuhan ini melibatkan dua ormas besar, yakni Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) dan Front Persaudaraan Islam (FPI).
Kedua kelompok ini diketahui berkonflik secara historis, namun kali ini mereka terlibat dalam bentrokan yang tak terduga saat pengajian berlangsung.
Menurut dia, insiden ini bermula dari ketegangan kecil yang kemudian berkembang menjadi kerusuhan massal.
Baca Juga: Skandal Pemerasan di Kemnaker: 8 Tersangka Terlibat Pengaturan Izin TKA dengan Kerugian Rp53 M
Sebanyak 15 orang mengalami luka-luka, termasuk empat anggota polisi yang bertugas mengamankan jalannya acara.
Sebagian besar korban mengalami luka di bagian kepala akibat lemparan batu dan benda tumpul lainnya.
Lokasi dan Situasi Saat Kejadian
Bentrokan terjadi di lingkungan yang padat penduduk, hanya sekitar 50 meter dari panggung utama pengajian.
Meskipun situasi memanas, pengajian tetap berlangsung hingga pukul 01.00 WIB, berkat upaya aparat keamanan yang berhasil mengendalikan situasi dan mencegah konflik meluas.
Kapolres Pemalang, AKBP Eko Sunaryo, mengungkapkan kerusuhan berlangsung selama sekitar 30 menit, dimulai pada pukul 23.00 WIB.
Ia menambahkan, aparat gabungan dari Polri, TNI, dan unsur terkait lainnya berhasil meredam aksi kekerasan tersebut dan mengamankan lokasi kejadian.
Upaya Penanganan dan Penyelidikan
Polres Pemalang bersama Polda Jateng saat ini tengah melakukan penyelidikan mendalam untuk mengetahui motif dan penyebab utama dari bentrokan ini.
Polisi juga telah mengamankan sejumlah barang bukti dan meminta keterangan dari saksi-saksi di lapangan.
Kombes Artanto menegaskan, pihaknya akan menindak tegas siapa pun yang terbukti terlibat dalam kekerasan ini, demi menjaga stabilitas dan keamanan wilayah.
Sementara itu, pengajian yang semula berlangsung damai dan penuh khidmat tetap dilanjutkan secara tertib setelah situasi memungkinkan.
Kejadian ini memunculkan berbagai reaksi dari masyarakat dan tokoh agama di Indonesia.
Banyak pihak menyayangkan adanya kekerasan di tengah acara keagamaan, yang seharusnya menjadi momen untuk mempererat ukhuwah dan memperkuat iman.
Beberapa tokoh meminta aparat segera menuntaskan penyelidikan dan memberikan sanksi tegas kepada pelaku kekerasan.
Selain itu, kejadian ini juga membuka mata bahwa konflik antar ormas di Indonesia masih rentan terjadi, terutama saat suasana yang sedang memanas di masyarakat.
Oleh karena itu, penting adanya langkah-langkah preventif dari aparat dan tokoh masyarakat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Polri dan aparat keamanan lainnya diharapkan meningkatkan pengamanan di acara keagamaan dan kegiatan yang melibatkan ormas besar.
Penguatan dialog dan komunikasi antar kelompok masyarakat juga perlu dilakukan agar potensi konflik bisa diminimalisir.
Selain itu, pemerintah dan tokoh agama di Indonesia harus terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kerukunan dan toleransi dalam kehidupan beragama dan berbangsa.
Penguatan aturan hukum terkait kekerasan dan pengawasan terhadap kegiatan ormas juga menjadi langkah strategis untuk menghindari kejadian serupa.