JAKARTA – Di tengah dinamika sosial yang terus berkembang, tantangan ideologi ekstremis semakin mengemuka di Indonesia. M. Najih Arromadloni, pengurus LAKPESDAM PBNU, menyoroti fenomena ini dengan pendekatan yang mengedepankan cinta tanah air dan moderasi beragama.
Gus Najih mengamati bahwa organisasi terlarang kini memanfaatkan budaya populer untuk menyisipkan paham yang bertentangan dengan Pancasila. Misalnya, mereka tidak hanya bertindak melalui ceramah konvensional, tetapi juga menggelar seminar dan workshop yang menarik perhatian masyarakat luas.
Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk menyadari bahwa penyebaran ideologi yang berlawanan dengan nilai-nilai Pancasila dapat terjadi dalam bentuk yang lebih halus dan menarik.
Baca Juga: Mengenang Prof. Ichlasul Amal: Pilar Akademik dan Jurnalisme Indonesia
Gus Najih menekankan pentingnya menggelorakan semangat “hubbul wathan minal iman” di kalangan pemuda. Ia berargumen bahwa cinta terhadap tanah air bukan hanya bagian dari kecintaan pada agama, tetapi juga bagian dari fitrah manusia. Mengutip ayat-ayat Alquran, seperti Q.S al-Qasas ayat 85 dan Q.S al-Baqarah ayat 126, Gus Najih menunjukkan bahwa kecintaan terhadap tanah air memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam.
Moderasi Beragama: Solusi untuk Persatuan
Gus Najih juga menekankan pentingnya moderasi beragama dalam menghadapi radikalisasi. Ia menyebutkan bahwa penafsiran agama yang kaku dan tidak mempertimbangkan konteks budaya lokal dapat memicu intoleransi dan kekerasan.
Moderasi beragama, menurutnya, adalah cara untuk kembali kepada essensi ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.
Sebagai contoh konkret, Gus Najih mengajak umat untuk menyebarluaskan nilai-nilai toleransi dan saling menghargai. Ia percaya bahwa moderasi beragama dapat berfungsi sebagai “vaksin” yang melindungi masyarakat dari pengaruh paham-paham ekstremis.
Dalam konteks pendidikan, Gus Najih menyerukan perlunya menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan moderasi beragama di kalangan generasi muda.
Melalui program-program pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila dan ajaran Islam yang moderat, diharapkan pemuda dapat tumbuh menjadi individu yang mencintai tanah air dan mampu menolak ideologi yang mengancam persatuan.
Gus Najih berharap, melalui semangat hubbul wathan minal iman dan moderasi beragama, dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan, menjaga keharmonian di tengah keberagaman.
“Ideologi transnasional, paham radikal dan ekstremisme dapat dilawan dengan sikap moderat, yang menghargai perbedaan dan menolak segala bentuk kekerasan,” ujarnya di Jakarta, Kamis (14/11/2024).