Mengenang Prof. Ichlasul Amal: Pilar Akademik dan Jurnalisme Indonesia

Nasional793 Dilihat

JAKARTA – Pada pagi yang tenang di hari Kamis, 14 November 2024, berita duka menyelimuti dunia pendidikan dan jurnalisme Indonesia. Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) serta Ketua Dewan Pers, Prof. Ichlasul Amal, tutup usia pada pukul 4.10 WIB.

Kepergiannya meninggalkan kesedihan mendalam bagi civitas academica UGM dan seluruh masyarakat yang mengenalnya.

Prof. Ichlasul Amal lahir di Jember, Jawa Timur, pada 1 Agustus 1942. Pendidikan awalnya dihabiskan di UGM, di mana ia menekuni ilmu politik.

Kemudian, ia melanjutkan studi di Northern Illinois University, AS, meraih gelar Master of Arts, sebelum akhirnya mendapatkan gelar doktor (PhD) di Monash University, Melbourne, Australia.

Baca Juga: Mewujudkan Sekolah Damai: Upaya Bersama Melawan Intoleransi dan Bullying di Papua Barat

Disertasinya yang berfokus pada politik dalam negeri dan hubungan pusat dengan daerah, mencerminkan keahlian dan minatnya yang mendalam dalam isu-isu politik Indonesia.

Selama menjabat sebagai Rektor UGM dari 1998 hingga 2002, Ichlasul Amal berperan penting dalam pengembangan universitas dan peningkatan kualitas pendidikan.

Ia dikenal sebagai sosok yang tidak hanya memimpin, tetapi juga memberikan inspirasi bagi banyak mahasiswa dan dosen.

Peran di Dewan Pers dan Politik

Setelah meninggalkan jabatan rektor, Prof. Ichlasul Amal diangkat sebagai Ketua Dewan Pers dari tahun 2003 hingga 2010.

Dalam peran ini, ia berkontribusi besar untuk memperkuat independensi dan profesionalisme media di Indonesia.

Ia dikenal sebagai pengamat politik yang jernih dan tidak memiliki kepentingan pribadi, yang menjadikannya sosok yang dihormati di kalangan jurnalis dan akademisi.

Selama karirnya sebagai pengamat politik, Ichlasul Amal sering kali memberikan pemikiran yang tajam mengenai dinamika politik Indonesia.

Salah satu pendapat yang paling berkesan adalah kritiknya terhadap bias media dan pentingnya keberagaman suara dalam jurnalisme.

Dalam sebuah wawancara, ia pernah mengatakan, “Media harus menjadi tempat bagi semua suara, bukan hanya yang dominan.”

Meninggalkan istri tercinta, Ery Hariati, dan dua orang anak, Amelin Herani dan Akmal Herawan, Prof. Ichlasul Amal meninggalkan warisan yang tak ternilai.

Dedikasinya untuk pendidikan dan jurnalisme akan terus dikenang dan menginspirasi generasi mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar