Waspada Ajakan Berjihad ke Suriah

Nasional744 Dilihat

JAKARTA – Konflik yang terus berkecamuk di Suriah, meskipun jaraknya jauh dari Indonesia, memiliki dampak signifikan yang merembet hingga ke Tanah Air. Di tengah proses perebutan kekuasaan di negara bergolak itu, muncul kelompok-kelompok teroris yang mengatasnamakan agama.

Dengan memanfaatkan media sosial, mereka mengajak individu dari berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk ikut serta dalam aksi “jihad”, suatu seruan yang perlu dicermati dengan hati-hati.

Muhamad Syauqillah, Ketua Program Studi Kajian Terorisme di Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh dengan narasi di media sosial yang mengajak untuk “hijrah” atau berjihad ke Suriah.

Ia menyatakan, konsep jihad yang disebarkan sangat beragam dan sering kali tidak sesuai dengan hakikat jihad yang sebenarnya.

“Konteks dari jihad itu sendiri kan bermacam-macam. Hal yang diserukan di media sosial itu jihad yang seperti apa? Siapa yang kita perangi disana, lalu apakah dengan memerangi pihak tertentu disana, kemudian bisa kita klaim sebagai kegiatan berjihad? Menurut saya jelas tidak,” ujarnya di Jakarta, Rabu (18/12/2024).

Baca Juga: Mary Jane Veloso, Nyanyikan Indonesia Raya Sebelum Kembali ke Filipina

Menurutnya, ajakan untuk terlibat dalam perang yang terjadi di Suriah tidak bisa dianggap sebagai bentuk jihad yang sah. “Apa yang terjadi di Suriah adalah konflik antara berbagai faksi dengan kepentingan yang berbeda. Jangan sampai kita mengira ini adalah pertarungan antara kebaikan dan kejahatan, karena ini lebih rumit dari itu,” tambahnya.

Pengalaman pahit yang dialami banyak warga Indonesia yang berangkat ke Suriah dengan harapan akan terlibat dalam sebuah perjuangan yang mulia patut menjadi pelajaran. Banyak di antara mereka, setelah sampai ke sana, menemukan realitas yang jauh dari harapan yang digembar-gemborkan. Ada yang terpaksa kembali ke Tanah Air setelah menyadari bahwa mereka ditipu oleh propaganda yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik.

Syauqillah juga menekankan, keberangkatan warga negara Indonesia ke Suriah hanya akan menambah masalah baru, baik bagi individu maupun negara.

“Sama seperti pengalaman kita saat banyak warga negara Indonesia terjerat dalam jeratan ISIS, di mana mereka mengharapkan idealisme yang justru berujung pada penyesalan,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, ini juga berkaitan erat dengan dinamika konflik yang kian kompleks. Berbagai faksi di Suriah, seperti Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) dan ISIS, kerap menggunakan narasi keagamaan untuk menggugah simpati dan menarik dukungan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

“Kita harus memahami bahwa ini bukan soal baik melawan jahat, tetapi lebih kepada benturan kepentingan yang dimiliki berbagai faksi,” kata dia.

Seperti yang terjadi pada tahun 2012 lalu ketika ISIS gencar mengajak orang dari berbagai negara untuk bergabung, kondisi saat ini tidak jauh berbeda. Dengan kemajuan teknologi, terutama media sosial, propaganda semacam ini lebih mudah menjangkau audiens yang lebih luas. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran dan kecerdasan publik dalam menyikapi informasi yang beredar sangat penting.

“Saya berharap masyarakat dapat lebih kritis dan tidak mudah terprovokasi oleh ajakan untuk berangkat ke tempat-tempat konflik. Mengingat pengalaman pahit masa lalu dengan banyak anak-anak yang terlantar akibat keputusan orang tua mereka untuk berjihad di luar negeri,” terangnya.

Ajakan untuk berjihad di Suriah membawa risiko besar yang tidak boleh dianggap enteng. Konflik di negeri konflik tersebut melibatkan beragam kepentingan dengan banyak narasi konyol yang hanya merugikan pihak-pihak tertentu.

Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, adalah penting untuk menyadari dan tidak terjebak dalam provokasi tersebut, serta menjaga keamanan dan perdamaian di Tanah Air.

Masyarakat Indonesia harus ingat bahwa peran serta dalam konflik internasional, terutama yang dipicu oleh ideologi ekstremis, dapat membawa dampak negatif yang jauh lebih besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar