KARANGANYAR – Indonesia mencatatkan capaian luar biasa di tahun 2023 hingga 2024, dengan tidak adanya serangan teroris, yang dikenal dengan istilah “zero terrorist attack”. Keberhasilan ini bisa dilihat sebagai hasil kerja keras Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI dan aparat penegak hukum, serta kolaborasi dengan masyarakat untuk mencegah radikalisasi.
Di tahun 2025 yang segera datang, BNPT diharapkan perkuat kolaborasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk memperbanyak ruang lintas agama sebagai salah satu strategi pencegahan radikal terorisme.
Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Rinto Subekti, memberikan apresiasi tinggi kepada BNPT. Ia menekankan pentingnya pendekatan lunak atau soft approach, seperti dialog antara berbagai kalangan masyarakat dan lintas agama.
“Dialog kebangsaan ini tidak hanya mampu mencegah terorisme, tetapi juga membangun kepercayaan publik, yang penting untuk investasi dan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya di Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (31/12/2024).
Baca Juga: PLN dan BNPT RI: Membawa Cahaya Baru untuk 161 Rumah di Sulawesi Tengah
Rinto menekankan, dialog kebangsaan dengan pemuka lintas agama adalah langkah strategis untuk menangkal paham radikal. Dengan membangun persaudaraan dan kepentingan bersama, masyarakat dapat bersatu menghadapi tantangan bangsa.
Ia juga mendorong BNPT untuk berkolaborasi lebih erat dengan pemerintah daerah, agar dialog lintas agama semakin diperkuat.
“Tokoh lintas agama dapat menjadi penggerak key opinion leader untuk meyakinkan masyarakat akan pentingnya menjaga NKRI,” kata dia.
Pentingnya empat pilar kebangsaan—Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI—menjadi pedoman bagi BNPT dalam menjalankan tugasnya. Menurut Rinto, keberagaman adalah kekuatan yang harus dijaga, dan NKRI adalah tujuan akhir yang tidak bisa ditawar.
Selain itu, Rinto menambahkan, BNPT sebagai badan koordinator dalam penanggulangan terorisme, harus terus meningkatkan koordinasi bersama stakeholder untuk memitigasi propaganda radikal di media online, yang bisa menyebabkan seseorang terpapar. Terutama fokus bagaimana memitigasi self-radicalization kepada kelompok rentan, yakni perempuan, anak, dan remaja.
Baca Juga: Toleransi di Tahun 2025: Menjaga Kerukunan dalam Keberagaman Indonesia
Dalam menghadapi tantangan media sosial yang sering kali menjadi sarana penyebaran paham radikal, BNPT harus lebih proaktif. Oleh karena itu, Rinto mengingatkan agar semua konten yang mengandung unsur terorisme di media sosial segera dihapus.
“Media sosial adalah medan perang ideologi, kita harus bertindak cepat untuk mengurangi dampak negatifnya,” tegasnya.
Melihat ke depan, Rinto berharap tahun 2025 akan menjadi tahun di mana ruang perjumpaan lintas agama semakin banyak, sehingga kerukunan umat beragama dapat diperkuat.
Dengan demikian, diharapkan masyarakat Indonesia dapat terhindar dari pengaruh negatif dan propaganda transnasional yang berpotensi mengganggu stabilitas.
Keberhasilan BNPT dalam menjaga keamanan negara ini harus dijadikan momentum untuk terus memperkuat kolaborasi antar elemen masyarakat. Masyarakat dianjurkan untuk terlibat aktif dalam dialog lintas agama, karena inilah kunci menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
3 komentar