Penyebaran Radikal Terorisme Berbungkus Agama Jadi Ancaman Serius

Nasional2 Dilihat

JOMBANG – Penyebaran radikalisme dan terorisme berbungkus agama masih jadi ancaman serius, baik di dunia nyata maupun dunia maya. 

Karena itu, sudah butuh keterlibatan banyak pihak, salah satunya dari kalangan pondok pesantren dan santri, yang memiliki ilmu agama yang mumpuni.

Hal itu dikatakan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin, dalam kegiatan Workshop dan Pelatihan Santri Melalui Bidang Agama dan Multimedia di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Selasa (14/6), seperti dirilis Humas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kamis (16/6).

Gus Kikin mengatakan, sosialisasi bahaya penyebaran radikalisme menjadi salah satu strategi dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman, serta keterampilan kepada para santri agar mampu menyaring berbagai informasi.

Disamping itu, menyebarkan konten perdamaian terutama di dunia maya hingga keseluruh penjuru negeri, bahkan dunia.

“Sudah bukan waktunya kita tinggal diam, sudah waktunya kita berbicara, saatnya kita bertindak,” ujarnya.

Baca Lagi: Politik Identitas Tidak Relevan untuk Pilpres 2024

Kegiatan yang diikuti 60 santri seluruh Jawa Timur (Jawa Timur) merupakan gagasan yang baik antara BNPT dengan Pondok Pesantren, guna memperkuat sinergi dalam memerangi narasi radikal terorisme.

“Di sini para santri dapat memperkuat pemahaman terhadap syariat, juga memperkuat kewajiban dalam beragama,” kata dia. 

“BNPT memiliki sistem yang canggih, mengikuti perkembangan zaman. Jadi kita juga belajar menghadapi cara-cara yang melibatkan teknologi dalam aktivitas sehari-hari untuk menyebarkan konten perdamaian yang jauh dari radikalisme terorisme,” lanjut dia.

Menurut dia, saat ini keadaan dunia sedang tidak baik-baik. Karenanya, perlu keterlibatan Indonesia dalam mengabil langkah untuk menjaga perdamaian di dunia nyata maupun dunia maya.

“Dengan melihat kondisi yang ada sekarang, mudah-mudahan kita mampu, tidak hanya kita bertahan tetapi harus bangkit, sehingga Islam di Indonesia ditunggu di mana-mana, Islam yang wasathiyah, Islam yang ramah sedang ditunggu di dunia,” katanya.

Islam wasathiyah merupakan bagian dari moderasi Islam yang dapat dijadikan vaksin radikalisme terorisme. 

Islam wasathiyah sejatinya merupakan ajaran ulama Nusantara yang selama ini dianut dan diamalkan oleh umat Islam.

“Islam yang wasathiyah, Islam yang mampu memisahkan pertikaian, menjauhkan peperangan, menjaga perdamaian.  Itu yang sedang ditunggu,” ujar dia.

Tak hanya itu, Indonesia memiliki rasa persaudaraan yang kuat antar sesama yang menjadi pengikat persatuan dalam bingkai Pancasila.

“Makanya kita bersilaturahmi, berkunjung, tahlilan, banyak peringatan-peringatan itu yang sudah kita lakukan bersama-sama di Indonesia. Kadang kita tidak menyadari, tetapi itulah yang memperkuat ukhuwah. Itulah yg menjadi modal bagi NKRI untuk menjaga kesatuan,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 komentar