Perdamaian di Horizon: Anwar Ibrahim Fasilitasi Perundingan Damai Thailand-Kamboja di Malaysia

JAKARTA  – Dalam langkah diplomasi yang menandai harapan baru untuk stabilitas kawasan, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim akan memimpin fasilitasi pertemuan perdamaian antara Thailand dan Kamboja di Putrajaya, Malaysia.

Pertemuan ini dirancang sebagai upaya untuk meredakan ketegangan dan mencapai gencatan senjata di wilayah perbatasan kedua negara yang tengah mengalami konflik berkepanjangan.

Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, dipicu oleh sengketa wilayah di sekitar Candi Preah Vihear dan kawasan Phu Ma Khua.

Ketegangan ini meningkat, dengan insiden baku tembak dan bentrokan yang menimbulkan korban jiwa.

Menurut laporan dari International Crisis Group, konflik ini memiliki dampak besar terhadap stabilitas regional dan menghambat pembangunan ekonomi di kawasan tersebut.

Baca Juga: Kemlu RI Pastikan WNI Aman dari Konflik Bersenjata Thailand-Kamboja

Dalam konteks ini, peran ASEAN sebagai organisasi regional sangat penting dalam menjaga perdamaian dan keamanan di Asia Tenggara.

Upaya diplomasi terus dilakukan, termasuk mediasi oleh negara-negara tetangga dan organisasi internasional seperti PBB dan ASEAN.

Anwar Ibrahim: Fasilitator Perdamaian di Tengah Tekanan Internasional

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang dikenal karena pendekatan diplomatiknya yang inklusif dan reformis, mendapatkan mandat dari kedua negara untuk memfasilitasi perundingan damai.

Dalam pernyataannya kepada media, Anwar menyampaikan bahwa pemerintah Thailand dan Kamboja telah memintanya untuk mencoba merundingkan penyelesaian damai.

“Jadi, saya sedang membahas parameternya, syaratnya, tapi yang penting adalah gencatan senjata segera,” ujar Anwar dikutip dari Reuters, Senin (28/7/2025).

Ia menambahkan, dirinya akan memimpin langsung pertemuan antara perwakilan kedua negara, termasuk membahas persyaratan yang diajukan masing-masing pihak.

Selain inisiatif Malaysia, tekanan dari Amerika Serikat juga menjadi faktor pendorong utama terciptanya peluang perdamaian ini.

Presiden AS Donald Trump, dalam beberapa bulan terakhir, secara terbuka mendesak kedua negara untuk menahan diri dan mencari solusi diplomatik agar konflik tidak semakin memburuk.

Menurut laporan dari The New York Times, AS menilai stabilitas di Asia Tenggara sangat krusial untuk keamanan dan perekonomian global.

Anwar Ibrahim mengatakan, tim dari Malaysia, serta dari negara tetangga seperti Indonesia dan Brunei, akan memantau jalannya diskusi agar proses perundingan berjalan lancar dan transparan.

Ia menegaskan, keberhasilan proses ini sangat bergantung pada kesepahaman dan komitmen kedua pihak.

Upaya Regional dan Peran ASEAN dalam Menyelesaikan Konflik

ASEAN, sebagai organisasi regional yang beranggotakan Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, dan negara-negara lainnya, terus berupaya menjadi mediator utama dalam penyelesaian konflik ini.

Sekretaris Jenderal ASEAN, yang diwakili oleh diplomat senior, menyatakan bahwa ASEAN mendukung penuh upaya diplomasi dan mengimbau kedua negara untuk menghentikan kekerasan serta kembali ke meja perundingan.

Sejumlah pengamat menilai bahwa keberhasilan pertemuan ini akan menjadi contoh penting tentang kemampuan ASEAN dalam menyelesaikan konflik secara damai dan menjaga stabilitas regional.

Pertemuan di Putrajaya ini diharapkan mampu menghasilkan kesepakatan gencatan senjata, penarikan pasukan, serta pembentukan mekanisme dialog berkelanjutan untuk menyelesaikan sengketa wilayah.

Pemerintah Thailand, melalui juru bicaranya, Jirayu Huangsap, mengatakan tujuan utama adalah mendengarkan proposal dari kedua pihak dan mencari solusi yang adil serta berkelanjutan.

“Tujuan kami adalah mencapai keputusan yang tepat dan memulihkan perdamaian di kawasan ini. Kami percaya dialog adalah jalan terbaik,” kata Jirayu.

Keberhasilan pertemuan ini tidak hanya akan membawa kedamaian jangka pendek, tetapi juga berpotensi meningkatkan stabilitas ekonomi dan sosial di Asia Tenggara.

Menurut data dari World Bank, kawasan ASEAN menjadi salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dan stabilitas politik serta keamanan menjadi faktor kunci pendukungnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga