JAKARTA – Dalam konteks geopolitik yang semakin kompleks, Kepala Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Robi Sugara, memberikan pandangan mendalam tentang situasi di Suriah dan dampaknya bagi Indonesia.
Menurut Robi, jatuhnya Bashar Al-Assad mencerminkan sebuah reformasi yang mirip dengan yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998.
“Masyarakat sudah jengah terhadap pemerintahan dan menginginkan perubahan,” ujarnya di Jakarta, Senin (23/12/2024).
Robi mengingatkan, narasi yang berkembang di media sosial Indonesia seringkali cenderung menganggap situasi ini sebagai kemenangan umat Muslim.
Ia berpesan, ini dapat dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis untuk membangkitkan semangat radikalisasi di kalangan masyarakat.
“Orang Indonesia bisa terjebak oleh kelompok teror yang mengatasnamakan agama,” tambahnya, menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang dinamika tersebut.
Baca Juga: Eks Napiter: Kemenangan HTS di Suriah Adalah Kemenangan Rakyat, Bukan Khilafah
Analisis Robi menunjukkan bahwa konflik di Suriah adalah hasil dari perjuangan panjang rakyatnya, yang juga dipengaruhi oleh negara-negara besar seperti Turki, Qatar, Amerika, dan Israel.
Ketika Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) memasuki Damaskus, terlihat jelas kurangnya perlawanan masif, menunjukkan adanya pengaruh diplomasi yang lebih kuat daripada perlawanan bersenjata.
“Diplomasi di tingkat elit telah menghasilkan normalisasi hubungan antara negara-negara internasional dan pemerintah Suriah yang baru,” ungkap Robi.
Menurutnya lagi, kemenangan bukan hanya diperoleh melalui kekuatan fisik, tetapi juga melalui jalur diplomasi yang memanfaatkan kepentingan negara-negara lain dalam mengganti rezim Suriah.
Dalam konteks ini, Robi menyerukan pemerintah Indonesia untuk meluruskan narasi yang beredar di media sosial agar tidak menyesatkan masyarakat. Situasi ini mengingatkan kita pada kebangkitan ISIS, di mana informasi yang salah dapat memiliki konsekuensi yang sangat berbahaya.
Lebih lanjut, Robi menekankan pentingnya konsolidasi antara ulama-ulama moderat di Indonesia dan Suriah. Kerjasama ini diharapkan dapat membangun misi perdamaian dan meredam suara kelompok garis keras.
“Indonesia memiliki potensi untuk melakukan diplomasi dengan ulama-ulama karismatik di Suriah,” kata dia.
4 komentar