Isu Keamanan Anak di Sosial Media: Pandangan Orang Tua tentang Potensi Larangan TikTok di AS

Internasional, Ragam652 Dilihat

JAKARTA – Mahkamah Agung AS bersiap untuk mendengar argumen terkait undang-undang yang berencana melarang TikTok mulai 19 Januari 2025. Seiring perdebatan ini, dua survei terbaru menunjukkan bahwa setengah orang tua di AS setuju bahwa larangan tersebut akan meningkatkan keamanan anak-anak secara online.

Namun, dukungan untuk larangan menyeluruh di semua usia hanya didukung oleh 30% orang tua. Kira-kira 37% pengguna TikTok menyatakan akan mencoba menghindari larangan menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN), dan 53% merasa bahwa “melarang TikTok dapat menciptakan preseden sensor yang berbahaya”.

Baca Juga: KPK Minta Kabinet Merah Putih Segera Sampaikan LHKPN

Survei yang dilakukan oleh Security.org melibatkan sekitar 1.000 orang dengan dua kelompok, pengguna TikTok dan orang tua dengan anak minor. Walaupun tidak bersifat representatif secara nasional, hasilnya memberikan gambaran yang menarik tentang pandangan masyarakat terkait isu ini.

Dari hasil survei, temuan kunci meliputi:

1. Platform Paling Berbahaya: Sekitar 25% orang tua menganggap TikTok sebagai platform media sosial yang paling berbahaya bagi anak-anak, terutama karena konten yang tidak pantas dan pengaruhnya terhadap perilaku. Snapchat berada di urutan kedua, diikuti oleh Discord, Twitter, Facebook, Instagram, Reddit, YouTube, WhatsApp, serta Twitch.

2. Dukungan Terhadap Regulasi: Mayoritas orang tua (86%) mendukung undang-undang yang mengharuskan platform media sosial mendapatkan izin orang tua sebelum memungkinkan anak-anak untuk bergabung. Hampir sebanyak itu (84%) juga percaya bahwa orang tua harus memiliki akses penuh ke akun media sosial anak mereka.

3. Batasan Pengumpulan Data: Sembilan dari sepuluh orang tua ingin ada larangan terhadap pengumpulan data pribadi dari anak di bawah umur.

4. Regulasi yang Diinginkan: Dari beberapa regulasi yang paling disukai orang tua adalah pengaturan privasi otomatis untuk akun anak (92%) dan larangan pengumpulan data pribadi (90%). Selain itu, banyak orang tua mendukung pendidikan tentang penggunaan media sosial yang aman di sekolah (85%).

Sikap terhadap Larangan TikTok

Menarik untuk dicatat bahwa meskipun banyak orang tua setuju akan perlunya lebih banyak regulasi, hanya sedikit yang mendukung larangan total pada TikTok.

Corie Colliton, editor senior di Security.org, mencatat bahwa banyak orang tua merasa bahwa keputusan mengenai penggunaan media sosial seharusnya ditangani tanpa campur tangan pemerintah.

Namun, banyak juga yang berharap bantuan legislatif mengingat kompleksitas dan perubahan cepat di dunia media sosial, yang menyebabkan kesulitan dalam memantau aktivitas anak-anak.

Dalam laporan tersebut, TikTok dinilai sangat berbahaya karena konten yang tidak pantas (28%) dan pengaruhnya terhadap perilaku anak (22%). Banyak orang tua juga menganggap platform ini terlalu adiktif (20%), meskipun hanya sedikit yang merasa khawatir mengenai privasi dan informasi yang salah.

Sedangkan untuk Snapchat, kekhawatiran utama adalah sulitnya orang tua memantau penggunaan aplikasi tersebut (32%).

Laporan tersebut menunjukkan bahwa 80% orang tua percaya bahwa penggunaan media sosial berkontribusi pada masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan pada anak muda, dan 98% dari mereka meyakini bahwa platform ini berbahaya bagi anak di bawah 18 tahun.

Melihat ke depan, lembaga dengan kekhawatiran ini merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk melindungi anak-anak secara online:

  1. Mendidik diri sendiri tentang media sosial.
  2. Mengenali kebutuhan unik setiap anak dalam menjelajahi internet.
  3. Menetapkan kontrak teknologi keluarga.
  4. Mengawasi penggunaan media sosial oleh anak-anak.
  5. Bekerja sama dengan keluarga dan teman untuk mengatasi tekanan sebaya.
  6. Mengawasi tanda-tanda peringatan.
  7. Mengajarkan pentingnya privasi dan keamanan.
  8. Melakukan komunikasi terbuka dengan anak-anak.
  9. Mengetahui tren terkini di media sosial.
  10. Menawarkan kegiatan offline sebagai alternatif.

Menghadapi tantangan yang ada, penting bagi orang tua untuk terlibat dan memahami risiko media sosial, serta memperkuat batasan dalam penggunaan online anak-anak mereka. Dengan demikian, kebijakan yang tepat bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat di dunia digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar